↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kerikil split dan kerikil utuh hasil memulung

Ide membuat infografik ringan, dengan ponsel, soal bekal kerikil agar anak tidak kebelet pup selama perjalanan, itu bermula dari suatu sore pekan ini, saat beberapa kali saya menjumpai keluarga sedang bersiap mudik. Lalu? Saya ingin bikin posting.

Kerikil split dan kerikil utuh hasil memulung

Dengan sepeda saya berkeliling kompleks mencari kerikil. Lebih memuaskan pakai foto jepretan sendiri. Hari makin gelap. Ada rute yang saya ulang. Kerikil yang mudah saya jumpai adalah kerikil split atau pecahan dari batu besar, bukan batu kerikil utuh. Padahal kerikil untuk kantong anak kecil adalah yang utuh, karena tak kasar, tanpa sudut tajam pula.

Saya yakin pasti akan menemukan, dan kemungkinan besar dekat rumah. Terbukti saat senja makin berat. Saya dapat kerikil utuh, agak besar dan lebih kecil, di titik berbeda, dalam perjalanan pulang. Saya membawa kerikil split dan utuh dalam tas belanja. Lalu kerikil-kerikil itu saya cuci sekadarnya. Esoknya saya foto.

Bagi saya pengalaman ini menarik. Ternyata batu kerikil utuh sulit saya jumpai di kompleks saya. Mungkin di kompleks lain yang padat di Bekasi juga. Lebih mudah menemukan kerikil split di jalan rusak dan dan di tepi jalan, bercampur dengan puing beton.

Kerikil split dan kerikil utuh hasil memulung

Kalau di perkampungan yang masih punya lahan kosong tampaknya lebih mudah beroleh kerikil utuh. Apalagi perkampungan di wilayah pegunungan. Di sungai pasti ada kerikil.

Entah batu dari mana yang dimasukkan ke sarung oleh peserta perang sarung saat Ramadan. Mestinya saya menanya mereka.

Bekal kerikil agar tidak pup dalam perjalanan

Selamat mudik, dan nanti balik, tanpa bawa kerikil

Seni rupa kontemporer di perumahan