Disebut karya seni kontemporer jika si pembuat memang beratribut perupa, dan karyanya diniatkan sebagai karya seni rupa.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Chandra Baru, Jatirahayu, Pondokmelati, Bekasi

Yang namanya seni kontemporer itu kadang membingungkan. Oh, ralat: bukan kadang tetapi sering. Akibatnya, orang awam seni rupa seperti saya setiap kali mendapati hal yang menarik di mata saya anggap seni kontemporer.

Yang saya anggap menarik itu ketika benda saya bekukan sebagai gambar lalu saya cabut dari lingkungannya, misalnya menjadi foto di blog.

Padahal konsep seni di ruang publik itu justru untuk menggedor kesadaran masyarakat di situ tentang suatu isu. Kalau benda yang bukan lukisan maupun patung dalam pengertian konvensional dibawa ke ruang galeri dengan tata cahaya bagus? Ya samalah, menyampaikan suatu pesan.

Lalu foto simpul tali kain perca di pinggir kali ini? Saya menganggapnya seni instalasi. Bedanya dari karya perupa yang dibahas media apa? Soal siapa yang bikin, siapa kuratornya. Lebih mendasar lagi: karya di pinggir kali ini tak dimaksudkan oleh pembuatnya menjadi karya seni apalagi dibahas. Saya saja yang aèng-aèng, padahal saya bukan mayor, bukan kopral, seperti yang di Solo itu.

Seni rupa kontemporer di perumahan

Seni rupa kontemporer di mal

Rhoma Irama dalam Seni Visual Kontemporer

Estetika Taman Budaya Kudus

6 thoughts on “Seni instalasi pinggir kali

    1. Saya gak kenal Mayor padahal seangkatan, beda jurusan. Tahu kalo namanya Mayor dari koran KR, ada fotonya, dalam berita tentang sanggar anak-anak. Kalau kangmasnya, blogger Bambang Haryanyo, kenal secara virtual. Tentang Broto, saya cuma tahu nama, padahal kantornya di lantai dua, di atas kantor saya dulu. Gedung itu hanya dua lantai, sempat dipakai persda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *