Pagi tadi cerah, mentari bersinar, lalu tiba-tiba bresssss… sebentar, turun hujan. Istri saya sambil memasak di dapur berseru, “Huuu… udan kethèk!” Artinya hujan kera. Ini jenis hujan yang belum masuk senarai BMKG.
Orang Jawa dulu, terutama anak-anak, akan menyambut hujan saat matahari bersinar dengan mengatakan, “Udan kethèk, macan dhédhé.” Hujan kera, harimau pun berjemur.
Kenapa kera, dan kenapa macan, ada banyak versi penjelasan. Misalnya dari Mojok: memperolok orang yang menyembulkan kepala dari balik jendela untuk memastikan cuaca. Lalu soal macan? Tak tersebutkan.
Kembali ke hujan kera pagi, setelah hujan usai saya baru memotret jejaknya. Lebih aman dan nyaman bagi saya dan ponsel saya. Ini juga bentuk kemalasan kera jika kita merujuk Mojok.
Udan Tekek, utawa Udan Kethek, bahkan Udan Kethek Ngilo Macan Dhedhe, adalah istilah yang digunakan masyarakat Jawa untuk menyatakan suasana hujan disertai sinar matahari. #wbtbyk#udantekek#udankethek#udankethekngilo pic.twitter.com/QUUExH55nG
— sedulurberbudaya (@sedulurbudaya) December 4, 2020
7 Comments
sudah lama ga dengar istilah ini.. ada lagi satu istilah soal hujan, “geger genjik udan kirik”..
Karena genjik ketemu kirik berantem?
Udan kethek, hujan yang bikin repot juru cuci yang punya jemuran pakaian di lantai atas rumah seperti saya.
Saya juga 😇
Yang penting saya masih suka belajar memotret dengan ponsel.
belajar memotret…
hmmmm.
Kok kayak Hamdani Hartoyo lagi, komen hmmm kayak gak percaya
hmmmm (2).