Jawara itu jagoan, biasanya mantap dalam olah kanuragan atau bela diri. Kalau dia putih, sebutannya pendekar karena pada saat yang tepat menjadi pembela kebenaran bukan kebetulan. Seperti dalam komik silat.
Kalau dia abu-abu, antara putih dan hitam, karena antara lain sering memaksakan kehendak, atau memanfaatkan reputasi agar orang lain mengalah, sebutannya cukup jagoan.
Intinya, label jawara ini soal pengakuan sosial. Bukan klaim diri.
Nah, jika jawara punya wadah, dan memasang backdrop yang sudah memudar, sudah jelas masalahnya. Apa? Merawat spanduk itu susah. Bikin baru butuh biaya. Apalagi jika paguyuban lahir karena mobilisasi.
Ormas yang sehat tumbuh dari iuran anggota. Serikat buruh juga. Pun partai politik. Tapi… halah itu teori.
Contoh paguyuban mandiri adalah fandoms. Mereka keluar biaya sendiri, tak pernah minta subsidi dari pihak idola apalagi jika idolanya di Korea dan Jepang, atau entah pokoknya luar negeri.
2 Comments
Terus yang (men) jaga kampung siapa, dong?
Setiap RT bahkan RW sdh punya peronda, warga bayar iuran.