Kami berlangganan tempe dari seorang bapak yang berkeliling naik motor. Kata istri saya, “Tempenya ayu-ayu.” Oh, tanpa rias saja sudah ayu. Bagaimana jika dibikin glowing tanpa in the dark?
Tapi selalu ada yang menarik di luar keayuan tempe. Yaitu kertas bungkus untuk membalut daun. Sering ada hal menarik, dari data nasabah, bom matematika, sampai undangan rapat. Kali ini berupa sobekan buku tulis berisi karangan siswa. Tentang legenda Bukit Catu.
Kalau kertas bekas itu dari rumah siswa berarti ada cara bagus memperlakukan artefak: dikilokan bersama kertas lain.
Jika kertas berasal dari rumah guru? Ya sama. Usia si artefak diperpanjang, tak langsung jadi sampah.
Semoga dari secarik kertas pelajaran mengarang ada musikus yang terilhami untuk menulis lirik. Musikus Y yang komposer dan arranger (termasuk untuk orkestra) mendapatkan ide dari secarik kertas, bukan bungkus, yang dia temukan. Begitu pula penyanyi A yang tampan itu, kalau tak salah pernah memetik ilham dari dari kertas berisi coretan kakak perempuannya.
Kalau yang menemukan kertas itu adalah blogger iseng? Ehm.
2 Comments
Andai sy iseng metani kertas LKS yg dipakai istri sy untuk pengganti kertas bekas di warungnya itu, mungkin sy akan nemu bahan ngeblog spt ini juga😁
Sangat mungkin