↻ Lama baca < 1 menit ↬

Mengapa tak semua teras diisi penghuni, siang maupun terlebih malam?

Malam ini, dan sebelumnya, cuaca nyaman. Dua puluh enam derajat Celsius. Angin berembus lembut. Dan seperti biasanya aku duduk di teras. Kadang sambil ngeblog atau baca. Ditemani spiker Bluetooth, menyetel apa saja, dari stasiun radio pedesaan hingga light jazz dari stasiun radio daring dan Spotify. Teh panas tentu. Kadang kopi tubruk maupun french press.

Pagi hingga sore pun jika tak ada pekerjaan domestik maupun dinas, aku sering duduk di teras. Kurir sampai hafal. Jika malam tiba, peronda juga melihatku di teras.

Semua rumah di lingkunganku punya teras. Namun siang maupun terlebih malam jarang penghuninya duduk di teras. Padahal pagar mereka bertabir polikarbonat setinggi teralis pagar dan gerbang.

Memang di teras selalu ada nyamuk. Apalagi saat malam gerah lembap memompakan peluh.

Di dalam rumah dan di teras aku sama nyamannya. Aku bersyukur punya ruang hunian bernama rumah kecil. Punya teras fungsional pula.