Ada saja yang bertanya manakah yang sering saya lakukan, memotret sesuatu dulu, baru kemudian bikin tulisan di blog, ataukah menulis dulu baru selanjutnya memotret atau mencari gambar untuk ilustrasi posting?
Saya mencoba jujur tapi malas bermain data sebagai bukti. Akhirnya saya beroleh jawaban. Setelah saya ngeblog lagi, lebih banyak memotret dulu baru kemudian bercerita.
Selalu ada cerita? Tidak.
Kadang foto sudah jadi pun saya tetap tak tahu akan bercerita apa. Salah satu solusi saat buntu: foto saya simpan.
Jika kemudian tak punya cerita ya fotonya saya hapus supaya tak memberati ponsel. Rentang “kemudian” itu bisa sekian hari, bisa sekian menit. Lebih wagu lagi, ketika melihat foto tersimpan saya malah menanya diri, buat apa motret sesuatu. Ujung-ujungnya sama. Permanently delete.
Pernahkah setelah menghapus foto lalu ingat bisa menulis sesuatu? Beberapa kali. Lalu? Ya biarin aja. Menyesal? Sejauh ini belum pernah.
Apa yang saya lakukan di blog ini tak beda dari orang lain memotret sesuatu lalu mencuitkan di Twitter. Perbedaannya cuma saya ini boros kata. Merasa gambar harus saya sertai catatan.
Kalau menulis dulu baru mencarinya lalu mengolah gambar di ponsel? Ada. Misalnya di Kamso & Kamsi dan Senandika. Tapi kekerapan terbit kategori yang itu tak serapat Memo yang kalau saya sedang mood dan sempat bisa lebih dari satu posting sehari.
Lalu tulisan ini muncul setelah memotret apa?
Memotret bandul genta angin yang saya berati potongan Impraboard, di depan pintu dapur, karena tiba-tiba saya ingin, tanpa tahu akan berceloteh apa. Sudah sekian tahun genta itu ada di sana.
Tiba-tiba ingin memotret dengan ponsel. Impulsif. Itulah saya. Dan itulah gaya ngeblog saya.
Terima jadi, Anda sudi membacanya.
Tabik.
4 Comments
saya semua foto saya simpan
pindahin ke NAS
digital hoarder :D
Ini orang maju. Top 👍🍎
Paman boros kata? Ah, enggak apa-apa : toh itu bukan aib, meski juga bukan prestasi….
Jiahhhh 😂