Haruskah media menunggu sebuah kata sudah dikenal di media sosial padahal di kamus sudah ada?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Dungu dan pandir dalam bahasa media

Toni Melinjo, yang sedang menyelesaikan skripsi, ngedumel, kenapa media suka mengutip kata aneh tapi tidak menjelaskan artinya.

“Misalnya dulu kata dungu yang dipake Rocky Gerung. Lalu kata pandir yang dipake pembela Rizieq,” kayanya.

Kamso tertawa, “Apa media juga harus jelasin apa itu kopi dan sosis?”

Toni tak terima, “Kalo kopi ama sosis kan semua orang udah tau, Oom! Kalo dungu tiga tahun lalu kan nggak banyak yang tau! Lalu pandir yang kemarin dan beberapa bulan lalu disebut itu kan nggak semua orang ngerti!”

“Terus apa masalahnya, Ton?”

“Media harus menghindari kata asing atau nggak lumrah. Atau menghindari kata-kata jadul, Oom.”

“Di hapemu ada app KBBI nggak?”

“Apaan tuh KBBI?”

“Entar aja kamu install setelah kamu wisuda, saat kamu udah jadi sarjana.”

2 thoughts on “Dungu dan pandir dalam harapan pembaca media

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *