Saat proklamasi, Bung Karno berpeci tapi Bung Hatta tidak. Kini kian jarang orang berpeci di luar acara resmi.
↻ Lama baca 2 menit ↬

Fungsi peci adalah sebagai kantong uang pengganti dompet

Pagi tadi sekitar pukul tujuh, penjual ikan hidup dan ayam hidup, untuk dia sembelih di pinggir jalan, itu datang. Jangankan bagi orang vegetarian karena alasan spiritual, saya yang bukan vegetarian saja tidak bisa melihat ikan dan ayam serta binatang lain disembelih.

Kebetulan besok Hari Proklamasi Kemerdekaan. Saya terkesan oleh peci Aki penjual ikan dan ayam itu. Sejak dulu dia selalu berpeci.

Peci itu sebagai aksesoris kepala sekaligus sebagai wadah uang pembayaran. Dulu waktu saya bocah, hal macam ini lumrah.

Pedagang keliling di Pondokmelati, Bekasi, masih berpeci

Peci makin formal

Sejauh saya lihat makin jarang tukang bangunan dan penjual keliling memakai peci. Mereka lebih suka memakai topi untuk menahan panas mentari.

Dulu peci bisa untuk formal necis maupun harian santai setiap kali keluar rumah. Tentu peci untuk pergi kenduri dan untuk beli rokok di warung tetangga beda. Kalau untuk berlebaran malah lebih khusus: dari sandal, sarung, kemeja, hingga peci itu anyar gres.

Kini peci cenderung untuk bernecis diri. Kebetulan peci dan setelan jas adalah busana nasional — apapun agama seseorang. Di gereja saya pun sebagian orang sepuh berbaju rapi dengan peci di kepala. Dulu Eforus HKBP dan Ketua Umum PGI S.A.E. Nababan sering berpeci.

Buku S.A.E. Nababan BPK Gunung Mulia

Untuk duta besar RI, penyerahan kredensial di tempat bertugas memakai teluk belanga, komplet dengan peci. Harus pakai peci karena itu bagian dari setelan teluk belanga, busana Melayu Riau dan Semenanjung.

Teluk belanga di Uzbekistan

Peci, Bung Karno, dan Indonesia

Peci bukan hanya dipakai orang Indonesia. Tetangga serumpun di Malaysia juga memakai. Namun ikon Soekarno berpeci pada masanya pernah menguat. Bapak saya waktu tinggal di kota kecil Amstelveen, Belanda, awal 1970-an, jika keluar sore yang dingin dengan syal dan peci, seperti dia lakukan di Salatiga, selalu diteriaki sinyo-sinyo kecil dengan riang, “Sukarno! Sukarno!”

Bung Karno (BK) adalah peci. Tetapi dalam foto Proklamasi Kemerdekaan, dari sang Dwi Tunggal hanya BK yang berpeci. Bung Hatta tidak. Hingga kini persepsi visual saya tentang Mohammad Hatta adalah tokoh yang tak berpeci.

Patung Soekarno dan Hatta di Tugu Proklamasi

Begitu kuatnya ikon BK berpeci dalam aneka pose sehingga versi siluetnya pun langsung dikenali. Salah satu materi kampanye Cabup Nganjuk, Jatim, Novi Rahman Hidayat, adalah foto profil (= dari samping) yang mengingatkan orang kepada BK.

Foto gaya Bung Karno bupati Nganjuk Novi Rahman

Tatkala Bupati Novi diciduk KPK, dua media, yakni Lokadata.id dan Jatimtimes.com, pada hari yang sama (10/5/2021) menggunakan foto profil berpeci tersebut untuk infografik.

Itulah catatan saya ihwal peci. Saya tak tahu apakah peci menyerap petje (baca: pèt-ciyê) dari bahasa Belanda.

Lebih menarik saya menanya Anda tentang dua hal. Pertama: jika Anda pria, apakah Anda saat ini menyimpan peci?

Kedua: apakah di luar acara resmi, sejak Lebaran hingga akad nikah, Anda juga pernah berpeci, kapan terakhir kali?

¬ Kredit foto: Buku S.A.E. Nababan oleh BPK Gunung Mulia; kredensial Dubes RI di Uzbekitan oleh Kemlu RI ; Proklamasi oleh Ipphos ; Patung Soekarno dan Hatta di Tugu Proklamasi oleh BBC; infografik Novi oleh Lokadata dan Jatim Times

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *