Boleh tahu pengalaman ternikmat Anda menyantap mi instan mangkuk?
โ†ป Lama baca < 1 menit โ†ฌ

Mi instan cup Nissin lebih praktis dan enak

Ketika mi instan muncul saya tak tahu itu tahap keberapa dalam seni penyajian mi secara mudah. Sebelumnya pasti harus bikin mi sendiri, suatu hal yang masih dipertahankan kedai lamien di depan pengudap hingga kini.

Lalu muncul mi instan dalam mangkuk plastik dan Styrofoam dari pabrik. Tak perlu menjerang air. Dari stok air panas di termos maupun dispenser galon pun cukup.

Warung pun menyesuaikan diri. Selain mi instan jerang juga menyediakan mi instan mangkuk tinggal siram. Dari gerobak rokok pinggir jalan, Starbucks keliling, minimarket, hingga kedai di stasiun, terminal, dan bandara — bahkan dalam pesawat. Besar kemungkinan di kapal-kapal Pelni juga ada.

Kemudian yang terakhir, mi instan mangkuk tanpa saset bumbu sehingga tak perlu repot. Kebetulan mi yang terakhir ini saya cocok.

Dua dari beberapa pengalaman menyantap mi mangkuk yang selalu saya ingat adalah makan produk pelopor yang tak saya suka, tapi ternyata nikmat, setelah kehujanan, lalu duduk dalam kabin sepur Sukabumi – Bogor, 2014. Saya memesan dari pramugari, tak nekat seperti seorang penumpang KRL Jakarta-Bogor ini.

Itu tadi pagi pengalaman kedua. Pengalaman nikmat pertama saya petik dulu banget, dalam ruang mesin tanker LNG yang bersih, yang panjang kapalnya tiga kali lapangan sepak bola, saat menyusuri tepian Laut Cina Selatan selepas perairan Filipina menuju Taiwan: mi mangkuk asli Jepang. Saat itu seingat saya Pop Mie belum muncul.

Awak mesin, tentu orang Jepang karena 95 persen ABK adalah orang sana, menawari saya mi instan negerinya, setelah saya mengembalikan laptop dengan menu beraksara Kanji yang tidak bisa saya pakai.

Rasanya nikmat sekali. Minya lembut, bumbu kuahnya sedap. Sisa mual akibat badai pun lenyap. Belum saya temukan versi Indonesianya hingga kini.

Boleh tahu pengalaman ternikmat Anda menyantap mi instan mangkuk?

ยฌ Bukan posting berbayar maupun titipan

5 thoughts on “Perkembangan ranah kepraktisan

  1. Mi instan, yang berkuah maupun goreng (dan bukan yang versi puedhes), saya sebenarnya seneng untuk menyantapnya di rmh.

    Tapi sdh berbulan2 tdk menikmati, karena istri selalu mencereweti, “Ayah ini kan hipertensi, aja maem mi instan, dong!”.

  2. Lewat dini hari mengerjakan proposal yang belum karuan ada yang berminat, pengin ngunyah, di rumah yang ada tinggal mi mangkuk rasa bakso dari merk terkenal. Harum uapnya menenangkan. Jangan-jangan, di dalam mangkuk itu ada zat penenang serta pembuai. Kalau tengah malam, meski tak berniat makan, stok mi mangkuk instan ada di kotak penyimpanan, perasaan langsung ayem hahaha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *