Saya tak tahu apakah para pengelola pasar swalayan pernah membuat survei berapa banyak pembelanja yang merujuk kertas promosi dagangan. Yang sering saya lihat, kertas dengan cetakan berwarna itu tergeletak di dasar troli. Kadang masih rapi lipatannya, tak ada tanda sudah dibuka.
Kertas sampai ke tangan pembelanja dengan tiga cara. Pertama, terjepit di pintu gerbang rumah. Kedua, dibagikan oleh pegawai toko saat pembelanja masuk. Ketiga, si pembelanja yang mengambilnya sendiri dari tumpukan di samping palang masuk.
Berapa biaya produksi dan seberapa efektif, tentu pengelolaan supermarket sudah punya asumsi bahkan data.
Nah, seberapa sering Anda merujuk kertas promo itu saat berbelanja?
2 Comments
kalo lembar promo, selama di Berlin, sepertinya tidak pernah. lembar promo ada di kasir, dan konsumen bisa mengambil setelah bayar.. aneh juga..
yang sering saya temukan di troli malah biasanya struk.. entah si pengguna sebelumnya lupa memasukkan struk ke tas mereka, atau memang sengaja ditinggal.. oiya, untuk struk, konsumen bisa meminta untuk tidak menyetak struk..
oiya, baru-baru ini, kertas struk di supermarket berubah.. warnanya lebih kebiruan karena menggunakan kertas daur ulang yang tidak diberi pemutih.. tidak hanya di satu supermarket, tapi dari jaringan supermarket lain saya juga menemukan kertas ini..
untuk kertas promosi, saya sering mendapatkan di dalam kotak pos saya.. dibungkus dengan koran dua mingguan gratisan, yang juga jarang saya baca..
Tiga hal pertama itu layak jadi tiga posting, Zam 😇👍