Masih untung toko roti ini punya ruang untuk lorong antrean beralur U, berdinding kaca, dengan palang besi penyenggol pinggang.
Toko ini juga punya dua pintu, yang satu untuk masuk, yang lain untuk keluar. Sayang, kemarin pintu keluar ngadat.
Covid-19 memang bikin kagok. Penerapan protokol kesehatan, sejak masker, jaga jarak, hingga fasilitas pengatur antrean, ternyata hanya mudah di atas kertas. Biaya menjadi kendala.
Apa boleh buat, setiap orang harus menyesuaikan diri dengan hal baru. Di sebuah kampung, saya melihat sebuah rumah kecil sedang dibangun. Terlihat ada wastafel di teras yang belum rampung. Mungkin kelak fasilitas cuci tangan jadi salah satu syarat IMB.
Saya tak memotret rumah itu karena situasi tak memungkinkan. Saya naik sepeda, harus berhenti, ambil ponsel, dan seterusnya. Perasaan saya melarang melakukan itu. Kadang saya memang tidak pede memotret apalagi saya sadar tidak melakukan pekerjaan jurnalistik, cuma ngeblog ringan.
2 Comments
tokonya klasik sekali tampilannyaa
Gak terlalu sih 😇