Saya sebut besar karena konsumen, kalau mau, bisa mengirimkan selembar penuh karton berukuran 30 x 35 cm seluruhnya dan tidak menyisakan lembar buat dirinya.
Kartu garansi dua kali 14 x 14 cm ini menjadi bagian dari karton alas lemas selang dan regulator tabung gas elpiji. Produsen menempuh cara praktis, tak perlu menyisipkan kertas tambahan berupa formilir garansi. Konsumen cukup memotong kartu garansi lalu mengirimkan via pos.
Oh, via pos? Kenapa bukan mengisi formulir via ponsel sebagai hasil memindai kode QR? Mungkin cara lama, berupa artefak kertas, masih menyenangkan bagi produsen. Saya tak tahu, dari 500 pembeli berapakah yang mengurus garansi.
Di luar urusan garansi, saya terkesan oleh tip dari produsen jika gas tak mengaliri selang: ketuklah selang. Saya tahu trik ini empat tahun silam dari tetangga saya saat kompor tak menyala padahal saya waktu itu barusan mengganti tabung berisi penuh. Ketukan dengan gagang obeng adalah solusi.
4 Comments
saya beberapa kali beli barang dan mendaftarkan ke situs si produk, paman. biasanya akan ditanya nomor seri, tanggal, dan lokasi pembelian. tapi sejauh ini saya tidak pernah melakukan klaim garansi.
untuk pengembalian malah biasanya kalo membeli online ada surat dan form pengembalian disertakan. misal dalam waktu tertentu si pelanggan tidak puas, barang bisa dikembalikan hanya dengan membungkus kembali (bungkus didesain untuk bisa dipakai ulang untuk pengembalian), menempelkan formulir pengembalian yang berisi alamat pengembalian dan kode, membawanya ke kantor pos tanpa membayar.
saya tidak tahu jika misal barang rusak, klaim penggantian atau perbaikannya seperti apa. buat produsen, tidak ada klaim garansi berarti barangnya berfungsi dengan baik sesuai janji. atau sebaliknya, konsumen malas ribet mengurusi..
Untuk barang murah, konsumen malas mengurus. Mending beli lagi. 😂
kadang untuk beberapa hal, mendingan beli baru lagi aja, dari pada ngurusin garansi :D
Sangat betool. Untuk Jabodetabek, biaya transportasi bisa lebih mahal drpd harga barang 😂