Itulah sebabnya bahasa hukum dalam dalam kontrak ada “selanjutnya disebut pihak pertama”. Sedangkan dalam UU ada penjelasan di muka, anu adalah blablabla…
Peringatan di pasar swalayan ini maunya tegas sekaligus jelas sehingga ada kata-kata “di kassa kami”. Padahal tanpa “kami” pun sudah jelas, hanya kasir di supermarket itu. Bukan kasir tetangga.
Akan tetapi dari sisi tertib bahasa*, pengumuman itu layak dipuji: “di” sebagai kata depan dituliskan terpisah dari kata berikutnya. Lalu ada kata “kami”, bukan “kita” — pronomina yang dalam bahasa Inggris lebih miskin, hanya “we“.
Untung saya hanya membatin. Kalau saya katakan bakal diledek kasir, “Bapak mau belanja apa ngajar bahasa Indonesia di kelas? Ini udah magrib, kelas online sekolah petang juga tutup, Pak.”
*) Memang sih ada kata “menghimbau”
3 Comments
kalo di sini, ngga ada sopan-sopannya, paman. singkat, padat, tegas. khas Jerman.
“bitte 2 meter abstand halten”
“silakan berdiri sejauh 2 meter”
kalo mau agak sopan, ditambahin “vielen dank” alias “terima kasih”
Belanja Lego ya?
Nggak, Sam. Waktu bocah sudah puas, lagian supaya gak dikomentari boys will be boys 🤭