↻ Lama baca < 1 menit ↬

pecel campur mi merek tri sapto di pasar kecapi, jatiwarna, bekasi

SOAL KANGEN MAKANAN, BELUM TENTU PENYEBABNYA ADALAH RASA | Setahu saya jarang orang mengudap di situ. Sebagian besar pembeli membawa pecelnya pulang. Tempat untuk duduk memang tak ada. Bahkan untuk membuang pincuk bekas pakai pun saya bingung karena tak ada kotak sampah. Jika pembeli mau, penjual pecel akan menambahkan mi. Pecel ini dulunya dijajakan keliling dengan gerobak bertuliskan Tri Sapto di Jatirahayu, Pondokmelati, Bekasi.

Sudah enam tahun lebih Pak Santo Heru , penjualnya, tak berkeliling sambil meneriakkan “Ikkkhhhh!”. Ternyata istrinya meneruskan jualan di Pasar Kecapi, Jatiwarna. Sedangkan Pak Santo menunggui warung di belakang pasar. Lalu anak lelakinya yang menggantikan Pak Santo berkeliling dengan gerobaknya – tapi tanpa teriakan “Ikhhhhhh!” karena dia tidak bisa. “Saya nyoba malah sakit tenggorokan,” katanya lima bulan lalu ketika dia bersua saya di jalan.

Suatu pagi, beberapa hari lalu, saya temukan rumah Pak Santo setelah tiga kali menanya orang. Dia masih ingat saya, dan tentu tetap tak kenal nama saya maupun rumah saya. Dia tampak gemuk. Lalu apa kepentingan saya? Iseng. Mampir. Silaturahmi.

Kalau soal rasa pecel?  Biasa saja, tak sedap. Yah, belum ada alternatif padajal saya suka sayur. Untuk pecel saya paling suka ditambahi irisan bakwan, tahu bacem, dan tempe bacem, ditambah karak. Pecel dengan mi ya baru saya coba pagi itu, di pasar, membeli dari lapak Bu Santo.

Lalu apa artinya “Ikhhhhhh!”? Pak Santo bilang, “Ya biar orang tahu kalau saya lewat. Nggak ada artinya teriakan itu, yang penting beda sama penjual lain.”

pak santo heru penjual pecel tri sapto dengan teriakan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *