↻ Lama baca < 1 menit ↬

Makin sulit mencari warung rakyat yang menghargai seni perdapuran. Semua minuman berbahan kemasan dalam sachet, cukup dituangi air panas. Dulu, ketika warung mi instan muncul pada pertengahan 80-an, saya sulit menerimanya. Bagi saya, mi instan itu untuk dibuat sendiri, bukan untuk dibuatkan lalu saya membayar. Begitupun dulu ketika memesan teh di bandara dan hotel, saya hanya disodori cangkir kosong, sekantong teh celup, dan sepoci air panas; rasanya  kok kurang terima. :D

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *