Dari Menjerat Jodoh Sampai Memenangi Pilkada

▒ Lama baca < 1 menit

SEGALA MASALAH ADA SOLUSINYA.

layanan nikah siri

Baiklah, saya tak akan berboros kata soal layanan meneguhkan temali kasih ini. Saya sudah membahasnya. Yang menarik dari layanan yang saya temukan di koran NonStop ini adalah ekstranya: bisa membantu memenangi pilkada.

Yang saya belum tahu, karena belum mengecek, adalah kemungkinan menangani dua kompetitor (atau lebih) sekaligus. Tapi, ah, mestinya sudah ada etika kerja pribadi yang mengatur pelayanan terhadap klien.

Soal lain? Misalkan ada kandidat gubernur atau bupati dan wali kota membutuhkan jasa ini, bagaimana dengan pertanggungjawaban pengeluaran? Apakah auditor, yang memeriksa aliran dana publik, bisa menerima?

Hal sama berlaku untuk auditor anggaran belanja calon legislator. Pos untuk penasihat spiritual ini bagaimana mengaturnya? Mmmm iya ya, yang namanya anggaran kan bisa dimainkan, apalagi kalau hasil audit harus diumumkan di koran.

Sebetulnya sudah jamak bila (calon) pejabat publik menyambangi kaum sepuh yang arif untuk berkonsultasi sekaligus mohon restu — dan itu tak hanya di Indonesia. Bedanya, kaum bijak bestari itu tak pernah mengiklankan diri. Karisma dan pengakuan akan kawicaksanan terbentuk oleh proses sosial yang panjang.

Begitulah, zaman sudah berubah. Bagi kaum pragmatis persoalannya mungkin begini: kalau ujung-ujungnya harus keluar duit, ya cari saja yang mau terang-terangan melayani.

Mungkin itu pun masih ditambah bonus berupa harapan: karena profesional, tanpa tautan emosional maupun sentimental (apalagi ideologis), maka urusannya tak mengenal pilih kasih maupun keberpihakan.

Kelak, atau mungkin sudah, tak ada cerita lagi tentang sosok orang pintar nan bestari yang hidup menyepi, jauh dari kota, bahkan berjarak dari dusun terdekat, sehingga untuk mencapai kediamannya harus membawa pemandu.

Telekomunikasi, dan kemudian internet, akan menjadikan segalanya lebih praktis. Penyedia layanan dan klien bisa janjian dulu. Kalau perlu koordinat GPS, dan citra satelit atap rumah sudah terinformasikan.

“Ah, selamat datang Kanjeng Ndara Roy Wicak. Mau ke spa dulu untuk lèyèh-lèyèh dan énggar-énggar pênggalih?” sambut si pemimpin padepokan modern kepada seorang calon gubernur. Lantas dia, Ki Ageng Sepuh Mbilung itu, melambai ke arah seorang cantrik, “Paman, tolong layani Bapak ini, nggih?”

Semua data, terutama preferensi si klien, sudah di tangan. Selebihnya adalah layanan berisi gabungan basa-basi penuh mohon izin dan penyediaan apa saja tanpa tanya.

Tinggalkan Balasan