↻ Lama baca 2 menit ↬

Hi Dear Roy,

Banyak sudah kehebohan kerena pernyataan Anda, Roy. Tak apa, hak setiap orang untuk berbicara dan berargumentasi, kalau perlu bersilang pendapat. Itu hak Anda, hak masyarakat, dan hak siapa pun — termasuk bloggers.

Juga hak Anda Roy untuk meluruskan apa yang menurut Anda bengkok karena media salah kutip, salah tangkap, atau salah melulu. Tak apa, Kawan.

Nah izinkanlah di sini, sebagai teman yang awam, saya membayangkan jadi Anda. Misalkan saya jadi Anda, padahal saya paham internet, bahkan saya termasuk early adopter, maka saya akan membuat blog.

Mungkin isinya tak perlu saya update setiap hari karena ngeblog itu kadang tak penting tapi untuk menulisinya — apalagi membacanya (bagi orang lain) — butuh energi dan kesempatan.

Justru karena itulah, masih dalam pengandaian saya ketika menjadi Anda, maka blog Roy Suryo bisa berisi hal penting — bukan asal bercerita menggombal ngalor-ngidul — yang akurasinya di atas 68 persen.

Di situ saya bisa memaparkan penjelasan. Bisa juga membuat prediksi dan analisis secara utuh. Tiada yang terpotong, tertambahi, maupun terpelintir. Saya menjadi penulis sekaligus penyunting dan bahkan penerbit. Saya rasa akan tampak sok dan berlebihan kalau saya bilang kepada Anda, “Itulah kelebihan online personal publishing.”

Lantas apakah pemanfaatan situs pribadi berisi jurnal macam itu berarti jaminan segalanya akan mulus dan beres?

Sayang sekali saya hanya orang awam. Saya hanya pengguna komputer biasa. Tentang internet, saya hanyalah pengguna umum. Perihal kepelikan multimedia, apalagi keamanan jaringan, saya sama sekali tak paham. Telematika? Dulu saya pikir itu urusan anak-anak, bertukar jawaban PR matematika via telepon.

Kembali kepada pertanyaan sebelumnya, yang saya ubah isinya: apakah dengan situs pribadi berisi jurnal pribadi maka segalanya akan lancar?

Tampaknya tidak. Persoalannya bukan hanya pada internet dan web sebagai alat. Persoalannya ada pada kemauan mendengar dan berdialog. Web, atau sebut saja terus terang sebagai blog, hanyalah alat bantu dokumentasi pribadi beranah publik dan sarana pendukung komunikasi antarmanusia.

Mendengarkan banyak pihak, menjelaskan ke semua orang, memang melelahkan, Roy. Tentu tak semuanya melalui cara langsung. Itu tak mungkin. Dengan web — maksud saya blog — persoalan akan lebih mudah, apalagi jika disertai kesediaan untuk berlapang dada saat menerima saran dan koreksi: tidak keburu (misalnya lho) reaktif defensif, tetapi juga tidak (lagi-lagi misal) cuma menganggap angin lalu.

Begitulah, Kawan. Saya hanya berandai-andai menjadi diri Anda dan menyodorkan misal (bukan mendakwa).

Sekarang, sebagai teman, saya membayangkan sesuatu jernih: Anda ngeblog.

Tak selamanya ngeblog itu aktivitas cengengesan. Tak ada yang salah dengan konsistensi untuk tidak ngeblog karena itu soal pilihan.

Tapi izinkanlah di sini saya bertanya secara o’on: lebih mudah mana mengharapkan media (termasuk blogs) membantu penjelasan Anda atau Anda menjelaskan sendiri melalui media milik sendiri?

Baiklah saya tak akan berpanjang kata lagi, Roy. Pertanyaan saya itu pasti jadi bahan tertawaan. Yah, saya hanya blogger gombal. Tidak hina dina amat tapi juga bukan johan perwira bermartabat mulia.

Salam blog,
Tyo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *