Pagi ini orang lihat prakiraan cuaca

Apakah Anda setia mengikuti porkas cuaca dalam ponsel?

▒ Lama baca < 1 menit

Apakah Anda hirau prakiraan cuaca dalam ponsel? — Blogombal.com

Tiga jam lalu cekungan jalan beton dekat rumah masih digenangi air hujan. Selalu begitu setiap kali sehabis hujan. Namun tadi malam hujan deras nian, dan lama pula. Sejumlah titik di Jabodetabek kebanjiran.

Maka genangan air ini membuat saya berpikir. Pagi ini pasti banyak orang memeriksa prakiraan cuaca di layar ponsel masing-masing.

Banyak orang. Bukan semua orang berponsel. Tak harus dari aplikasi cuaca. Cukup dari WhatsApp. Bagi sebagian orang, salinan teks cuaca sudah cukup, termasuk dari situs berita. Kadang gambar tangkapan layar pun sudah memadai. Yang penting ada informasi.

Apakah Anda hirau prakiraan cuaca dalam ponsel? — Blogombal.com

Sebagai wong lawas, saya teringat zaman tak enak ketika stasiun televisi hanya berisi TVRI. Tombol kanal serupa kalkulator, maupun versi lawas berupa knop putar, pada pesawat TV hanyalah dekorasi karena tak berfungsi. Misalnya pabrik menggantinya dengan stiker pun bukan soal. Ketika muncul remote controller, isinya tetap TVRI. Namun dari stasiun milik pemerintah itu warga mendapatkan prakiraan cuaca. Setiap malam.

Saya tak hendak bicara hal muram perihal cuaca dan iklim. Semua orang sudah merasakan. Termasuk para keluarga yang punya hajat pernikahan Sabtu dan Minggu kemarin. Demikian pula para tetamu.

Tentang prakiraan cuaca era TVRI pada abad lalu, informasi ringkas berbunyi New York berawan, Makkah cerah. Seperti mantra. Apa perlunya prakiraan kota di negeri lain? Lalu orang-orang menambahkan: Semarang Kota Atlas, Purbalingga Tiban Abadi, Bandung Berhiber, dan Salatiga Hatti Beriman — ya, dengan dobel “t”. Cerah dan slogan kota sama-sama tak bermakna bagi khalayak ramai maupun apalagi senyap.

Apakah Anda hirau prakiraan cuaca dalam ponsel? — Blogombal.com

Soal cuaca. Informasi cuaca. Waktu saya bocah, bapak saya menujukkan sarang laba-laba di garasi. Kalau vertikal berarti akan hujan. Banyak yang memercayai itu, termasuk para petani sederhana. Adapun informasi bagi petani, yang lebih rumit, ada dalam kalender pranata mangsa (¬ lihat arsip).

Selepas masa bocah, sudah remaja, saya membaca sesuatu di majalah. Suatu tim ekskavasi di Amerika selalu membawa pemandu, penduduk asli yang disebut Indian. Tugasnya setiap pagi antara lain melaporkan cuaca.

Pada pagi kesekian tak ada hasil penerawangan berdasarkan kearifan lokal. Ketua tim menanya kenapa. Jawaban Pak Indian, “Radio saya rusak setelah terjatuh.”

Ini serupa teman saya, Bung Kurs, saat krisis moneter 1998 (¬ lihat arsip).

4 Comments

@sandalian Rabu 9 Juli 2025 ~ 10.14 Reply

Ketika cuaca memburuk di jam-jam pulang kerja, saya akan memeriksa aplikasi Windy di ponsel untuk melihat pergerakan awan hujan untuk mengatur strategi kepulangan *halah

Hujan di Jogja seringnya unik, dari lampu merah pertama ke lampu merah kedua cuacanya bisa berbeda 180 derajat.

Pemilik Blog Rabu 9 Juli 2025 ~ 12.02 Reply

Wah strategi itu perlu. Bukan halah.

Dulu, kalau kidul rel hujan maka utara rel bisa tidak. Gak tau sekarang.

Rudy Senin 7 Juli 2025 ~ 10.12 Reply

Kemarin sore sampai menjelang malam, di Bogor hujan deras, pakai angin dan petir. Paket komplit.

Pemilik Blog Senin 7 Juli 2025 ~ 10.53 Reply

Iya nih soal klimatologi kian membingungkan. Pakde Mbilung lebih paham masalahnya 🙏

Tinggalkan Balasan