Seorang Opa mengeluh, cucu-cucunya kurang hirau alam sekitar. Mereka lebih asyik dengan ponselnya bahkan dalam perjalanan mobil bersama keluarga. Kalau Opa mengajak ke taman atau wilayah pinggir kota, cucu-cucunya lebih memilih mal.
Saya hanya menyimak. Lalu dia mengatakan, cucu-cucunya kurang mengenal nama tanaman. Mungkin karena orangtuanya sibuk, tak ada waktu untuk mengajari apalagi mengajak anak-anaknya ke alam terbuka. Padahal, kata saya, di banyak taman, terpasang nama tumbuhan di samping pohon. Kalau yang lebih lengkap di Kebun Raya Bogor.
Saya memberanikan diri bertanya, apakah dulu dia dan istri mengajak jalan-jalan anak ke tempat terbuka. Dia jelaskan, dulu mereka selalu sibuk bekerja, juga tak punya mobil untuk bepergian. Saat mudik ke kampung asal tak ada alasan ke sawah atau ladang, lagi pula anak-anak tak berminat, kecuali ada yang bisa dipetik misalnya rambutan.
Dia kemudian bertanya apakah kini guru-guru sekolah memperkenalkan aneka jenis tanaman di luar pelajaran biologi. Saya jawab tidak tahu. Saya akui, saya mengenal aneka tanaman setelah dewasa. Sekarang karena bantuan internet pada ponsel, dengan layanan berbasis AI, saya pun jadi tahu — tetapi akhirnya beberapa terlupa.
Dia bertanya lagi kiat mendorong anak-anak mamanfaatkan ponsel untuk mengidentifikasi tanaman. Saya jawab, mereka hanya melakukannya kalau berkepentingan. Hal itu wajar. Umumnya orang begitu. Namun kemudian saya beroleh ide: dibuat kuis, ada hadiahnya. Si kakek berkomentar, nanti anak-anak terbiasa dengan aneka hadiah sebagai motif belajar.
Kemudian obrolan berganti topik. Ngalor ngidul ngétan ngulon. Lalu akhirnya kembali ke soal tanaman, dan saya usulkan agar anak-anak menanya ayah dan ibunya nama tanaman di rumah mereka. Dia mengangguk.
Akhirnya saya bilang, pengetahuan orang kota tentang tanaman, terutama tanaman keras, mungkin memang terbatas. Kalau tanaman hias dan manfaat tanaman sebagainya obat herbal, banyak informasinya di media sosial. Media berita pun sering merujuk media sosial.
Lantas secara sembrono saya menghasut, “Liat aja Pak, itu berita pohon tumbang di jalan atau pohon peneduh jalan ditebangi. Apa wartawannya nulis nama pohon besar yang tumbang selain beringin? Mungkin dia tahu, namun info itu nggak penting. Buat editornya juga nggak penting. Pembaca juga nggak peduli.”
¬ Foto-foto tentang daun yang saya jumpai: daun jati di JPO JORR, daun jambu air korban ulat kantong pagoda di pinggir kali, dan dan kuping gajah di halaman rumah seseorang