Pasaré resik, rejekiné apik, larahané piyé?

Ada soal sampah, dan ada soal papan slogan berjangka lama.

▒ Lama baca < 1 menit

Slogan dan sampah Pasar Demangan, Yogya — Blogombal.com

Judul dalam bahasa Jawa itu berarti pasarnya bersih, rezekinya baik, sampahnya bagaimana? Di bagian bawah papan slogan di Pasar Demangan, Jalan Gejayan, Yogyakarta, tak jauh dari rumah saya, itu ada kertas pengingat: mengimbau sampah dibawa pulang.

Sampah siapa? Mungkin pembeli. Kalau sampah penjual sudah ada yang menangani karena di pasar mana pun para pedagang membayar uang sapon — biaya menyapu.

Slogan dan sampah Pasar Demangan, Yogya — Blogombal.com

Begitulah, Yogya masih pusing menangani sampah. Maka di beberapa beberapa tempat petugas menolak sampah yang tak dipilah, mana yang plastik dan organik. Dengan maupun tanpa kemumetan, mestinya tiga jenis sampah rumah tangga tetap terpisah hingga TPA.

Soal papan slogan itu tampaknya sudah lama. Terlihat masih mencantumkan logo Jogja tulisan tangan Sri Sultan Hamengku Buwono X, bagian dari logo Jogja Never Ending Asia, branding yang digarap Hermawan Kartajaya pada 2001. Mulai 2015, jenama Jogja, yang tak hanya mencakup Kota Yogyakarta, berubah menjadi Jogja Istimewa.

Lalu apa menariknya? Papan itu ditaja oleh Royco. Apakah tak ada kontrak berlaku dari kapan sampai kapan? Mungkin Pak Mantri Pasar akan berkomentar, “Halah, sampun to. Panjenengan punika kok dahwèn.” Kata dahwèn berarti suka mencampuri urusan orang lain. Ya, cawé-cawé — kata Jawa yang memperkaya bahasa Indonesia gara-gara sinten niku.

Tinggalkan Balasan