Ini persoalan konteks. Kata Sunda dalam judul bisa diganti Jawa, Minang, Cina, Madura, dan seterusnya. Warung makan di Pondokgede, Kobek, Jabar, ini tentu tak ingin mengajak pelintas merenung. Lebih utama bagi si empunya untuk mencicipi hidangan.
Sundanese, juga Javanese dan Balinese, adalah kata bentukan bahasa Barat, dalam hal ini Inggris. Bisa sebagai kata benda maupun kata sifat. Sedangkan kita dengan mudah tinggal menambahkan kata depan: orang, bahasa, gaya dan seterusnya. Bahasa asing juga masih perlu tambahan untuk melengkapi kata sifat, misalnya Sundanese culture dan Madurese cuisine.
Nah, warung makan ini bagaimana? Suka Sunda berarti suka masakan Sunda, bukan suka urang Sunda. Suka dalam bahasa Sunda seperti suka dalam bahasa Indonesia, begitu pun dalam bahasa Jawa. Walakin demikian, saya mulanya merasa aneh. Kenapa?
Dalam tuturan lisan, kita terbiasa mendengar istilah lengkap “masakan Sunda”. Warung ini berani meringkas kata menjadi jenama: Suka Sunda.
Menyangkut kata suka, dalam bahasa Sunda juga menjadi nama tempat. Masalahnya Sukajadi, Sukatani, Sukamandi, Sukabumi, Sukamulya, Sukamukti, Sukamiskin…
Di Jateng ada Sukoharjo, Sukowati, Sukorejo, Sukolilo… Dalam aksara Jawa, semua “o” dalam nama tadi ditulis “a”. Tetapi kata suka dalam bahasa Jawa, jika menjadi kata kerja bentukan, berarti memberi, yaitu nyukani, bentuk kata kerja pasifnya adalah dipun sukani.
Suka dari bahasa Sansekerta, sukha, artinya kesenangan, kebahagiaan, dan sebangsanya. Lawan katanya adalah dhukka, kita serap menjadikan duka.
6 Comments
Mengenai lintas bahasa Endonesa-Jawa antara ‘suka’ dan ‘disukani’, saya jadi inget anekdot lawas ini: ‘disegani’ = ‘diwenehi sega’, diberi nasi. Alamak. Langsung beda banget maknanya. :D
Aha! Disegani! 👍👏💐💯😅
Nama yang jarang dipakai. Biasanya kedai Sunda memakai kata “kabita” :D
Kabita apa ya, Mbak?
Dalam Kamus Sunda – Indonesia R. Satjadibrata belum ada
Setahu saya semacam “tergiur” atau “ngiler” gitu :D
Oh gitu. Kalo bahasa Jawa bilang kemecer