Dalam keranjang paket ada dua selebaran, isinya sama. Yaitu promosi sebuah perguruan tinggi, berupa tawaran kuliah bagi karyawan. Bagus, menambah ilmu dan wawasan pada usia produktif itu perlu.
Kini makin lumrah saja lembaga pendidikan berpromosi melalui aneka jalur, termasuk selebaran di perumahan. Tak mungkin hanya mengandalkan media sosial. Beriklan di koran itu mahal, yang baca nanya sedikit orang.
Soal gelar? Itu hasil, sekaligus boleh pula tujuan. Bagaimanapun banyak jenjang karier yang ditentukan oleh itu. Tentu kualitas orang yang bersangkutan juga menentukan. Tetapi selain itu lingkungan kerja juga sangat berperan.
Saya kerap mengibaratkan karier seseorang sebagai tanaman bagus yang dapat pot tepat. Bibit bagus namun tempat kerja tidak kondusif untuk mengembangkan diri ya amsiong.
Saya kenal seseorang yang kariernya bagus, dan rezekinya bagus, karena sebagai insinyur bekerja beberapa negara luar, terakhir di Prancis.
Ketika bekerja di sebuah perusahaan rekayasa di Indonesia dia terhambat, antara lain disepelekan sejumlah sejawat yang merupakan alumni perguruan tinggi teknik wahid.
Penyebabnya, sebagai pemegang diploma sebuah politeknik, dan kemudian di tempat kerja sebelumnya dia nyambi kuliah di sebuah PTS, gelar sarjananya dianggap abal-abal.
Saya tahu dia orang pintar, suka belajar, punya etos kerja tinggi. Maka akhirnya dia bekerja di Afrika untuk perusahaan minyak Barat, dan kemudian di Prancis. Saat Covid-19 dia bekerja untuk perusahaan Singapura.
Soal kualitas orang, saya pernah lebih dari sekali mendapati orang dari perguruan ternama belum tentu top kerjanya. Namun alumni perguruan tenar, apalagi jika di sebuah kantor ada sesama almamater, cenderung lebih pede.
¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan