Tiga iklan ini menarik. Tetapi karena iklan pengobatan saya tandai dengan warna hijau, mungkin Anda tergoda untuk membacanya. Padahal iklan nomor dua dari atas itu lumrah, ada di mana-mana, tak hanya di Kedaulatan Rakyat.
Adapun iklan pertama, tentang indekos, bagi saya menarik karena berisi penjualan rumah indekos.
Artinya jelas: indekos adalah bisnis, terutama yang berupa bangunan khusus untuk pondokan, bukan bagian dari rumah tinggal induk semang seperti sampai awal 1980-an. Itulah masa ketika anak kos meriang, induk semang tahu dan peduli.
Adapun iklan ketiga tentang penghentian operasi Yayasan Komunitas Amal Sosial. Menilik nama badan hukum, saya menduga kegiatannya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya.
Artinya, kalau ada orang mengaku dari yayasan tersebut, boleh disebut liar. Lalu mengapa yayasan menghentikan aktivitas, nah para pemangku kepentingan perlu tahu.
Lalu tentang pengobatan “disfungsi seksual”, sampai keputihan dan frigiditas?
Begitu mudah para tabib dan sebangsanya menggolongkan semua masalah tersebut dalam satu keranjang kompetensi. Padahal masalah kesehatan reproduksi pria dan perempuan itu berbeda, sehingga masing-masing ditangani dokter spesialis yang berlainan.
Soal frigiditas, dan disfungsi ereksi serta ejakulasi dini, urusannya bukan semata medis klinis. Tetapi yah, siapa tahu Bu Tabib dapat mengatasi.
Iya, iklan itu menyebutkan bahwa si penyembuh adalah perempuan. Mungkin seperti Mak Erot yang autentik, kabarnya bisa memperbesar dan atau memperpanjang penis. Tetapi khalayak tak tahu apakah bisa dikembalikan ke ukuran semula karena klien menyesal.
Kesan saya ada masa ketika perempuan penyembuh untuk masalah seksual pria laku. Dulu saya lihat iklan di koran dan tabloid ada Jeng Anu sampai Jeng Ngatno.
Tetapi awak redaksi sebuah majalah yang suka membahas hal aneh-aneh, termasuk klenik, belasan tahun silam memberi tahu saya ada praktik menyimpang dan mujarab.
Kata cewek reporter, “Jelas mujarab, soalnya para pria dinakali cewek-cewek anak buah Jeng Dukun.”
Entahlah dinakali yang bagaimana. Kalau anak kecil sih suka menakali temannya dengan menjitak dan merebut mainan. Kalau nakalnya mbak-mbak dewasa, sampai menyulap lemah syahwat jadi kuat syahwat, dengan otot kawat bikin risi?
Redpel majalah tersebut, seorang bekas calon pastor, dengan santai menjelaskan, dan tentu tak saya ulang di sini.