Humor tak lucu perawan versus janda

Kepatutan humor menyangkut tempat dan waktu. Soal seks menyangkut kesadaran gender.

▒ Lama baca < 1 menit

Poster perawan sempit, janda menjepit, Batik Hamzah — Blogombal.com

Hari gini masih ada lelucon seperti dalam poster yang dijual di sebuah toko batik dan kerajinan di Yogyakarta. Soal perawan dan janda. Siapa yang tega membeli dan memasangnya agar dilihat sebanyak mungkin mata?

Penyuka humor macam ini bisa berdalih bahwa poster tersebut tak membahas seks dan tak bermaksud melecehkan perempuan. Tetapi semua orang dewasa, laki maupun perempuan, paham bahwa lelucon itu membahas seks dan tebal akan penghakiman yang merendahkan.

Humor dan selera zaman, dalam hal ini kepatutan, bukanlah sesuatu yang beku. Pada masa remaja saya bisa menganggap hal ini lucu, namun disertai jengah karena merasa ini kurang patut. Kepekaan dan kesadaran gender dulu dan sekarang berbeda.

Selain itu mungkin juga soal empati. Misalnya sejak dulu adik perempuan, mbakyu, dan ibu saya semasa muda adalah janda mungkin saya tak hanya jengah namun juga tersinggung.

Poster perawan sempit, janda menjepit, Batik Hamzah — Blogombal.com

Dalam alam patriarki, humor yang merendahkan perempuan pun bisa dianggap lucu oleh sebagian kaum hawa. Teman cewek saya dulu bisa menyebut cewek lain kutilangdara (kurus tinggi langsing dada rata) dan hanya punya tahi lalat, bukan puting.

Ada pula saat saya dewasa, sebagai ayah dari dua putri remaja, seorang ibu, teman saya, mempercandakan perempuan lain sebagai janda yang masih utuh karena dulu menjalani bedah caesar.

Humor seputar perkelaminan akan selalu ada. Masalahnya itu untuk publik luas tanpa batas ataukah hanya kalangan terbatas pertemanan akrab dengan derajat toleransi lebih longgar? Termasuk di dalamnya adalah olok-olok terhadap seksualitas pria oleh perempuan dalam grup alumni maupun reuni. Kalau canda di antara suami istri sih beda ranah.

Di YouTube, jauh hari sebelum kasus penjual es teh goblok, saya pernah melihat seorang penceramah agama mengejek seorang pesinden yang juga aktris ketoprak senior sudah kedaluwarsa susunya. Itu bukan humor namun ada penonton tertawa.

Di depan publik penonton wayang kulit itu juga terlontar sebuah kekejaman: untunglah bahwa seniwati yang dia sapa Bude itu jelek wajahnya sehingga menjadi pesinden, karena kalau cantik akan laku sebagai lon*e.

3 Comments

Junianto Senin 12 Mei 2025 ~ 16.56 Reply

Sudah lama saya tak mengantar istri ke sebuah toko batik dan kerajinan di Yogyakarta itu.

Pemilik Blog Senin 12 Mei 2025 ~ 21.24 Reply

Lha ya sekarang diantarkan to, Lik

Tinggalkan Balasan