Jangan menaruh rokok sembarangan

Sudah tahu rokok itu menyebalkan bagi orang lain, tapi perokok tak tahu diri.

▒ Lama baca < 1 menit

Jangan menaruh rokok sembarangan, tapi banyak yang mengabaikan — Blogombal.com

Kalimat dalam judul pos ini masih kurang. Mestinya ada tambahannya: berupa puntung maupun apalagi masih menyala. Tentang bahaya menaruh maupun membuang puntung rokok, semua orang sudah tahu. Bahkan percikan bara sigaret dekat bahan ramah api pun bisa membakar gudang.

Di suatu toko buah saya jumpai puntung tergeletak pada sekat kotak dagangan. Saya tak tahu apakah itu milik pembeli ataukah pegawai toko. Misalnya itu puntung orang dalam, rasanya tak mungkin karena ada larangan merokok saat melayani pembeli.

Sejak dulu ada saja perokok jorok: menaruh rokok yang masih menyala bukan di asbak. Pinggiran meja adalah tempat favorit. Kalau tak ada meja, buk atau tempat duduk dari beton juga bisa — bahkan kusen jendela pun bisa. Alasan menaruh rokok karena sayang mematikan saat terjeda urusan mendadak.

Jangan menaruh rokok sembarangan, tapi banyak yang mengabaikan — Blogombal.com

Bagi perokok, menyalakan lagi puntung itu mengganggu cita rasa karena arang tar pada ujung batang. Sebetulnya ada solusi: bagian berarang dipotong dengan gunting, lalu setelah menyala ditiup dulu. Atau bisa juga dipatahkan dengan kuku, dengan akibat jari akan semakin bau tak enak.

Bau rokok maupun tembakau hanya enak kalau tak dinyalakan. Jejak bau rokok paling menjengkelkan, juga bagi sebagian perokok, adalah bau asap dan terlebih-lebih bau puntung. Bonus bau mengesalkan adalah bau urine perokok.

Jangan menaruh rokok sembarangan, tapi banyak yang mengabaikan — Blogombal.com

Kembali ke rokok digeletakkan di mana saja, saya sering menjumpai pinggiran meja kerja yang hangus, dari ruang redaksi zaman lampau hingga pos satpam. Dulu ruang redaksi ada yang menoleransi rokok. Dalam arsip foto newsroom media Amerika sampai 1980-an, masih ada yang menyembulkan asbak di antara tumpukan kertas. Untuk sekian lama, sebelum ada internet, meja wartawan identik dengan banyak kertas.

Tinggalkan Balasan