Musala panggung di halaman belakang warung makan

Langgar Djajaredja namanya. Berupa rumah panggung, seperti Langgar Dukur Kayu, Surabaya.

▒ Lama baca < 1 menit

Langgar Djajaredja di belakang Pondok 47 Condet — Blogombal.com

Saya temukan foto jepretan Desember 2024 dalam folder pemuat hasil pengecilan gambar. Tertulis nama musala itu: Langgar Djajaredja. Saya ingat langgar panggung itu berdiri di halaman sebuah kedai bertema Betawi, di antara Kramatjati dan Condet, Jaktim.

Pondok 47 nama kedai itu. Di sana saya terkesan oleh mural jagoan Betawi dikeroyok dan halaman luas dengan bangunan menjorok ke dalam yang melemparkan saya ke khayalan masa kecil.

Langgar Djajaredja di belakang Pondok 47 Condet — Blogombal.com

Nama musala itu menggunakan kata langgar, seperti di Jateng dan Jatim dulu. Di Jakarta memang dulu kata langgar itu umum. Maka ada nama Gang Langgar. Saya ingat abad lalu ketika awal di Jakarta, menelepon Mas Dawam Rahardjo, cendekiawan Muslim penulis buku Anjing yang Masuk Surga, untuk minta waktu mewawancarai. Dia memberi arahan, “Masuk gang, arah langgar…”

Kebetulan saat ini Ramadan menuju usai, dan saya temukan foto langgar. Misalnya pun saya menemukannya di luar bulan puasa, juga akan saya poskan di blog. Menjelang Ramadan kemarin kebetulan saya menaikkan foto langgar bertema arsitektur tropis berterakota.

  • Adakah Gang Langgar di area Anda?: Saya tak tahu apakah sebutan langgar masih dipakai selain musala. Dulu setahu saya langgar berupa rumah panggung kayu, terpisah dari rumah induk.
  • Pengingat salat dan ihwal ejaan: Mengapa KBBI menyebut “muslim” dengan “m” kecil? Padahal kamus bahasa Inggris dan lainnya menulis dengan “M” kapital.

2 Comments

@sandalian Kamis 20 Maret 2025 ~ 08.55 Reply

Jadi ingat, dua langgar di dekat rumah ibu saya dulunya berlantai kayu dengan model panggung. Sekitar selutut orang dewasa kira-kira tingginya.

Di salah satu langgar, tarawehnya dilakukan dengan cara ngebut, termasuk ketika gerakan dari berdiri ke sujud. Suara dengkul dan kepala puluhan jamaah yang beradu dengan lantai kayu terdengar dari rumah ibu saya kala itu.

Selain saking kerasnya, waktu itu belum ada listrik masuk kampung sehingga suasana malam hari memang benar-benar sunyi.

Pemilik Blog Kamis 20 Maret 2025 ~ 13.38 Reply

Hingga remaja, kalau mendengar kata langgar maka yang terbayang rumah panggung dari kayu, rendah, padahal rumah induk tidak. Memang begitu yang dulu saya lihat waktu kecil. Langgar dekat sumur, ada padasan.

Ada lagi yang saya ingat saat kecil hingga remaja pada malam hari nan sepi: suara sayup-sayup terbang (rebana) dibawa angin entah dari mana.

Tinggalkan Balasan