Akhirnya Presiden Prabowo Subianto menghentikan pembatasan pengecer gas elpiji kemasan tiga kilogram. Kebijakan baru, yang mengatur elpiji melon — istilah untuk elpiji bersubsidi dalam tabung hijau muda — malah membuat masyarakat kerepotan, sulit mendapatkan gas. Salah satu sebab, jatah di pangkalan resmi hanya 100 tabung per pekan.
Sejak diperkenalkan pada 2007, untuk menggantikan minyak tanah atau kerosin, elpiji melon sering bermasalah. Saat pembagian tabung gratis, dengan isi, rumah saya malah ditawari karena petugas bingung mendistribusikannya ke masyarakat sasaran. Alasannya, masyarakat target banyak yang tak tahu cara menggunakan gas.
Saat itu saya masih di kantor, lalu menjawab pertanyaan istri, mau terima atau tidak, gerobaknya ada di depan rumah. Saya jawab via telepon, “Kita bukan orang kaya, tapi kita masih sanggup pake elpiji biru. Elpiji ijo itu bukan buat kita. Jangan merampas hak orang lain. Kalo kita yang jadi target elpiji ijo, lalu orang yang nggak berhak ikutan ngambil, apalagi lebih dari satu, kita juga nggak rela.”
Seorang Warga bernama Efendi melakukan protes langsung ke Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat mengantri Gas LPG 3Kg di Pangkalan yang melayani penjualan saat dilakukan pemantauan di kelurahan Cibodasari, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Selasa (4/2) Siang. 🎥Mum#BeritaElshinta pic.twitter.com/4wqZeQwKSv
— Radio Elshinta (@RadioElshinta) February 4, 2025
Baiklah, soal adopsi oleh masyarakat akhirnya beres. Semua orang pakai elpiji. Tentu, minyak tanah masih dijual. Lalu? Ini catatan saya perihal elpiji melon yang boleh Anda koreksi karena bisa saja saya salah…
- Elpiji, dari pelafalan Inggris untuk LPG, dari Pertamina, memang berbeda dari gas bumi versi Perusahaan Gas Negara dan Pertamina Gas, dalam hal distribusi; elpiji dalam tabung, gas bumi melalui pipa
- Tabung elpiji melon berikut isinya itu berat, sekitar delapan kilogram, sehingga pengangkutan dan penyebaran ke seluruh negeri kepulauan Indonesia bukan hal mudah
- Selain pengangkutan juga ada masalah penyimpanan, bobot tabung mengenal batas penumpukan, apalagi sifat elpiji yang mudah terbakar
- Taruh kata tiga soal di atas beres, ada soal mendasar: penyaluran elpiji bersubsidi tak sesuai peruntukan — mestinya untuk kalangan berpenghasilan Rp1,5 juta ke bawah dan UMKM — sehingga orang yang bukan target ikut membeli, antara lain dengan alasan lebih ringan daripada tabung gas biru dan jambon
- Persoalan elpiji melon selalu jadi beban bagi negara: realisasi anggaran subsidi elpiji melon per 24 Desember 2024 mencapai Rp80,9 triliun, tetapi penyaluran si melon besi sudah melebihi kuota dalam APBN yang 8,03 juta ton, lebih banyak 103 persen
- Harga elpiji melon, kata Menkeu Sri Mulyani, mestinya Rp12.750, kalau tanpa subsidi bisa Rp42.750 — tapi di agen termurah Rp17.000, di pengecer Rp20.000, tergantung lokasi
- Selisih harga subsidi dan non-subsidi memunculkan kejahatan: memindahkan gas bersubsidi ke tabung non-subsidi demi keuntungan lebih besar dengan memanfaatkan barang curian
- Pemerintah ingin menata ulang penyaluran dengan perbaikan adminstrasi akses pembelian maupun kontrol penjualan, namun proses sosialisasinya kurang merata, demikian pula persiapan transisinya
- Bagi rakyat semua poin di atas tidak penting, karena yang utama si melon gampang dibeli, jika perlu malam hari, dari pengecer, kalaupun lebih sedikit tak masalah, asalkan tabung diantarkan
- Dalam bahasa yang mudah: bagi rakyat kalau pemerintah ingin menertibkan konsumen tamak yang tak berhak, dan mengatasi penyalahgunaan, jangan merugikan pihak yang disasar subsidi sampai tempe harus menanti semalam di wajan karena gasnya habis
Anda mungkin geli membaca pos ini, karena kalah dari makalah anak SMA. Ya, saya bukan kolumnis ekbis, blog saya pun gombal, maka jangan menuntut lebih. Maaf.
Lalu tentang elpiji dan gas pipa tadi bagaimana? Ada empat hal:
- Secara umum berat jenis elpiji lebih berat daripada udara, sedangkan gas pipa lebih ringan dari udara
- Kalau elpiji bocor, dia akan menggenang di atas permukaan lantai, apalagi dalam ruang tertutup, sehingga ketika tepercik api akan mudah terbakar
- Gas pipa kalau bocor akan langsung menguap ke atas, tak mudah jenuh lalu terbakar
- Harga gas pipa, oleh Pertagas dan PGN, lebih murah daripada elpiji — pada 2023, gas pipa sekitar Rp14.000/kg, elpiji non-subsidi Rp18.000/kg
Lalu kenapa pemerintah tak membangun jaringan pipa gas yang luas untuk rumah tangga? Biayanya mahal. Harus menggali jalan seperti penanaman utilities semisal kabel listrik dan telepon serta pipa leding.
Setahu saya pada awal 2000, sebelum pandemi, sebagian pipa gas sudah ditanam di beberapa perkampungan di area saya, Kecamatan Pondokmelati, Kobek. Setelah itu berhenti.
¬ Foto: Antara
2 Comments
Elpiji kita sebagian besar impor dari AS, Qatar dan UEA. Jadi, sehari-hari kita makan nasi dengan tahu tempe pun sudah kayak orang kaya, karena impor semuanya. Beras, kedelai, elpiji..
Kita suka kemewahan. Nanti ubi dan singkong juga impor. Garam aja impor. Gula buat industri juga. Benih jagung? Ehm.