Jika Anda geli akan judul pos ini saya memaklumi. Kata velg mungkin belum dianggap usang, karena mudah Anda terka sebagai pelek. Sedangkan verboden bagi sebagian dari Anda terdengar arkais.
Hal utama yang saya ceritakan di sini adalah pemanfaatan pelek bekas sebagai alas pemberat untuk tiang rambu lalu lintas. Rambu itu melarang pengendara melaju terus karena jalan tersebut searah. Mungkin ini jenis alas tiang rambu yang mahal. Biasanya sih berupa silinder beton hasil cetakan ember maupun kaleng biskuit. Atau cukup alas besi dari pelat siku yang dirangkai dalam bentuk tanda +, kemudian ditindih batu.
Lalu soal velg itu? Bahasa Indonesia menyerapnya dari bahasa Belanda menjadi pelek (baca: pè-lek), menirukan lidah montir. Dalam bahasa Inggris, velg Belanda yang dilafalkan “vèlkh” adalah rim.
Eh, apa tadi? Montir? Itu juga menyerap dari bahasa Belanda, yang mencomotnya dari bahasa Prancis: monteur. Artinya tukang memasang dan memperbaiki mesin. Dalam bahasa Indonesia lama: bikin betul mesin. Adapun verboden itu terlarang, dalam bahasa Inggris adalah forbidden.
Banyak istilah teknis pertukangan yang menyerap dari bahasa Belanda, namun sebagian sudah punah. Misalnya drai (obeng), dari schroevendraaier (Inggris: screwdriver). Lalu ada zuiger (baca: sèikher, dalam lidah lokal lawas menjadi sèker; Inggris dan KBBI: piston ), serta lager (baca: la-khêr, versi lidah lokal menjadi laker, dan laher [KBBI]) yang dalam bahasa Inggris adalah bearing.
Istilah Belanda yang melekat terus dan diserap KBBI antara lain waterpas. Jika Anda mencari aplikasi waterpas di Play Store pasti tersedia banyak pilihan, masing-masing mengandung kata level.