Di area saya ada saja orang yang menanam buah di luar rumah. Ada yang menanam sawo, pace, mangga, dan nangka. Nah, yang barusan saya sadari adalah pohon belimbing. Saya sering lewat sana, namun menyadari ada pohon belimbing setelah melihat buahnya dibungkus plastik.
Kantong plastik adalah cara melawan lalat buah. Saya lihat ada lebih dari satu belimbing sudah matang. Tinggal petik. Entah kenapa pemilik rumah membiarkannya. Mungkin dia ikhlas jika ada orang nggragas yang tak peduli kepatutan.
Umumnya rumah di kompleks saya sempit halamannya. Misalnya pun akan memiliki tanaman buah harus dalam pot. Namun mereka yang berkaveling sudut — ya, hoek; dibaca “huk”, dari bahasa Belanda — biasanya menanam pohon, kecuali seluruh kaveling untuk bangunan.
Ada juga yang pohonnya di dalam halaman rumah tetapi kanopinya sampai di luar rumah, termasuk jalan. Salah satunya saya jumpai dan foto saat saya berjalan malam hari (lihat foto di bawah). Untuk memotret saya permisi kepada pohon mangga dengan harapan dari balik tembok pagar ada yang mendengar.
Sedangkan untuk memotret belimbing matang terbungkus ini, harus memasukkan kepala saya ke dalam kerimbunan daun, sebelumnya saya mendongak ke bagian atas rumah, melambaikan tangan kiri, dan tangan kanan menunjuk buah, dengan harapan ada kamera CCTV merekam saya sedang minta izin — pada hal izin tak kunjung keluar — dan tidak mencuri.
3 Comments
Di luar soal potret-memotret, saya tertarik dengan pohon/buah pace yang disinggung Paman. Sudah bertahun-tahun saya tak melihat pace di lingkungan saya maupun di tempat-tempat lain.
Belakangan making mudah ditemukan, mungkin karena ada pemahaman baru bahwa pace bisa mengurangi hipertensi
Padahal waktu saya kecil, pacé ora ana ajiné.
👍