Salah satu hal yang harus saya akui sebagai keberhasilan Presiden Jokowi adalah saat menangani pandemi Covid-19. Negeri ini tak punya pengalaman, begitu pula negeri lain, padahal Indonesia sebagai negeri kepulauan itu teramat luas, dengan banyak pintu masuk keluar di setiap daerah. Sudah begitu kondisi ekonomi Indonesia termasuk rendah sampai menengah.
Laporan Kompas hari ini (10/10/2024) mencatat hal itu. Versi konten bebas akses ada di laman ini.
Menurut Menkes Budi Gunadi Sadikin, setidaknya 400 juta dosis vaksin sudah diberikan kepada masyarakat, dengan menyasar lebih dari 200 juta penduduk Indonesia.
Dia bilang, “Kita akhirnya bisa mengendalikan pandemi dan merupakan salah satu yang tercepat di dunia.”
Beberapa poin masalah dalam laporan itu:
- Indonesia terlambat mendeteksi virus penyebab karena kendala laboratoris, masih terpusat di Balai Litbang Kemenkes
- Menurut WHO, setidaknya 7,1 juta orang meninggal akibat Covid-19, dan 775,9 juta orang terkonfirmasi tertular Covid-19
- Total kematian akibat Covid-19 di Indonesia, yang dilaporkan ke WHO, mencapai 162.000 kasus — tertinggi di Asia Tenggara
- Saat pandemi mulai mendera, namun fasilitas kesehatan tak memadai, tak merata, banyak warga tak dapat mengaksesnya sehingga tak tertolong
- Tenaga kesehatan pun tak mendapatkan alat pelindung diri yang memadai; menurut catatan Lapor Covid-19 per 21 April 2022, jumlah nakes di Indonesia yang meninggal akibat Covid-19 mencapai 2.087 orang — termasuk tertinggi di dunia
Dengan birokrasi yang belum memuaskan untuk negeri sebesar ini, pemerintah dapat bertindak, dengan proses dan hasil beserta latar masalah, antara lain:
- Menambah fasilitas kesehatan sehingga pada 2023 tersedia 50 laboratorium pemeriksaan sekuensing genom
- Dari hanya satu pabrik vaksin, kemudian ada empat pabrik
- Pemanfaatan pemantauan berbasis digital ditingkatkan, ada aplikasi Peduli Lindungi yang kini menjadi Satu Sehat
- Secara eksternal, ada sikon global yang menjadi kendala dalam penanganan Covid-19, yakni akses terhadap vaksin
- Hingga 11 Juli 2023, hanya 67,73 persen populasi di negeri-negeri berpendapatan rendah-menengah, dan 33,8 persen populasi di negeri dengan ekonomi rendah, yang telah divaksinasi setidaknya satu dosis
- Kurun yang sama, capaian vaksinasi di negeri berpendapatan tinggi mencapai 80,27 persen, dan di negeri berpendapatan tinggi-menengah mencapai 80,77 persen
- Ketimpangan akses vaksin di tingkat global itu karena oligopoli dan perang paten dari perusahaan farmasi besar di dunia, tidak memperlakukan vaksin sebagai barang publik
- Bersaing dengan negeri-negeri lain, Indonesia melakukan upaya diplomatik untuk mendapatkan vaksin, salah satu hasilnya AstraZeneca memercayai Indonesia bahwa vaksinasi itu untuk menyelamatkan dunia
- Dengan Sinovac dari Cina, Indonesia melobi untuk memanfaa celah dalam Perjanjian Hak Kekayaan Intelektual
Memang, dalam perolehan vaksin melalui perjuangan itu tak semuanya terpakai. Setidaknya 40,2 juta dosis vaksin terbuang karena kedaluwarsa. Penyebabnya: kendala dalam distribusi. Saya membayangkan negeri kontinental tak sepelik negeri dengan belasan ribu pulau macam Indonesia.
Sebenarnya vaksin sebagai barang publik menimbulkan manfaat ekonomi. Oxfam International pada 2020 mengestimasi, negeri-negeri berpenghasilan tinggi kehilangan 119 USD per tahun jika negeri-negeri berpenghasilan rendah terhambat mengakses vaksin.
Sebaliknya, tiap 1 USD yang dibelanjakan negeri berpenghasilan tinggi untuk memasok vaksin ke negeri berpendapatan rendah, menjadikan negeri berpenghasilan tinggi mendapatkan kembali 4,8 USD.
Tentang babak belur kas pemerintah saat pandemi, sila Anda cari datanya. Demikian pula untuk membandingkan dengan negeri lain, yang tak makmur, dalam menangani pandemi.
Untuk satu hal ini, yakni penanganan Covid-19, saya salut kepada Jokowi dan tim. Terima kasih ya, Mas.
Saya berang terhadap Panjenengan tetapi tak berarti bagi saya Panjenengan, yang belakangan saya sebut Prabu Mulyono, itu hitam dalam semua dan setiap hal.
Tabik.
¬ Infografik: Kompas.id
3 Comments
Mas Joko Widodo memang tidak hitam dalam semua dan setiap hal, tetapi saya tetap menunggu nasib dia (dan keluarga) setelah 20 Oktober 2024.
Coba pantau, Lik 😂
Pasti!