Masalah bongkar tenda dan lainnya di area publik

Ujaran Rhoma kau yang memulai kau, kau yang mengakhiri, tak berlaku di semua urusan, apapun cuacanya. Pembongkaran menyangkut ongkos.

▒ Lama baca < 1 menit

Cepat sekali pria itu memanjat rangka, membongkar tenda, siang tadi. Soal biasa. Dan bagus. Semalam ada acara halalbihalal RT di depan rumah saya. Hari ini pekerja persewaan tenda membongkarnya. Harus begitu karena masa sewa sudah berakhir, padahal calon penyewa lain sudah memesan bahkan mungkin sudah membayar panjar. Itulah yang saya sebut bagus.

Persoalan di mana pun setelah memasang adalah membongkar. Misalnya tenda itu bukan menyewa, tetapi milik perorangan, di tempat lain bisa saja pembongkarannya tertunda.

Dalam urusan tenda, jika panitia membongkar dini hari tentu sudah kecapaian, apalagi esok paginya hujan, padahal orang-orang yang dapat melakukannya ada acara siang sampai malam. Lain halnya kalau menyewa, bongkar adalah bagian dari paket jasa.

Sekarang bayangkan saja baliho dan umbul-umbul liar. Kalau bahan rangkanya dari bambu cenderung dibiarkan setelah acara usai. Kalau bahannya besi lebih cepat pembongkarannya, oleh pihak yang tak berwenang karena besi bisa jadi uang.

Tentu jika pemilik baliho liar berangka besi maupun bambu itu adalah ormas kuat, hanya pangdam yang dapat memerintahkan pembongkaran dengan dalih mem-backup aparat sipil. Aksi itu adalah kata lain untuk dorongan pemberanian dan jaminan pengamanan bagi satpol PP yang jeri. Di Jakarta Raya pernah terjadi.

Selain baliho dan umbul-umbul liar, barang peraga yang cenderung dibiarkan adalah stiker, besar maupun kecil. Kampanye pemilu dan pilkada adalah contoh. Si pemasang tak mau tahu. Itu urusan satpol PP dan orang-orang yang dimobilisasi.

Ada lagi? Kertas petunjuk tempat hajatan di rumah mempelai, termasuk petunjuk lokasi parkir kendaraan tetamu. Selesai acara kertasnya masih terpasang di tiang listrik pengkolan. Cuaca, apalagi berupa hujan, yang akan menamatkan kertas info itu.

Pengecualian berlaku untuk bendera kematian. Selewat hari pemakaman biasanya warga di luar spot rumah duka, apalagi yang jauh, akan mencopoti bendera. Warga tak ingin menambahi kerepotan keluarga duka.

Tidak dalam semua hal prinsip lagu Rhoma Irama, kau yang mulai kau yang mengakhiri dalam “Kegagalan Cinta” itu berlaku.

Tinggalkan Balasan