Seorang kawan menanya saya apakah masih direpoti kucing milik orang lain maupun kucing liar. Saya jawab, untuk sementara tidak. Untuk bagian depan rumah sudah aman dari kucing, entah sampai kapan.
Sedangkan untuk plafon di atas kamar, di lantai dua, saya menunggu nasib. Biasanya pada musim kawin, kucing akan ribut di atap tempat jemuran, ada yang menjatuhkan badan dari genting sehingga polikarbonat retak. Setelah musim melahirkan, si betina akan masuk ke dalam rongga antara plafon dan genting.
Kini kepada kucing yang melintas di depan rumah, saya kadang menyapa, “Hehehe… sekarang kamu nggak bisa masuk ya?”
Maka tertawalah istri saya. Si kucing tidak. Si meong cuma menatap saya dengan wajah disetel heran sekaligus mengajak berteman.
Mungkin dia membatin, “Aku kan juga mau berak di situ seperti dulu. Sesekali juga muntah. Lebih nyaman di situ daripada di rumah orang yang ngasih makan aku.” Semoga setelah membaca pos ini si pus mengklarifikasi.
Begitulah, untuk menghalangi kucing dan juga tikus — aneh, mereka tak pernah berkelahi, cuma saling menghindar — saya memasang kasa kawat berlapis plastik dengan kerapatan 2,5 cm.
Sebelumnya saya memasang cable ties mencuat pada pintu gerbang namun akhirnya tak efektif untuk kucing kecil. Untuk pagar, sebagian jeruji pernah saya tutupi kasa nyamuk yang saya tempel dengan nano tape.
Nah, teman saya tadi sudah memasang plastik di pagar rumahnya. Namun kucing masih bisa masuk. Lewat mana? Melompat dari atap carport tetangga ke pagar tembok lalu mendarat di halaman rumah yang ada kolamnya. Kucing tinggal memangsa ikan koi.