Tadi pagi, sebelum azan salat subuh bergema, saya sudah bangun, lalu membuka kedua jendela dan kedua pintu, masing-masing di depan dan samping. Apa tidak terlalu dini karena pagi masih hitam, belum menyentuh terang tanah? Mungkin.
Saya melakukan itu mumpung tidak hujan. Juga mumpung tidak banyak debu — musim kemarau lalu debu teramat banyak sehingga saya tak berani membuka jendela.
Meskipun di lantai bawah jendelanya tak disapa mentari, saya senang menganginkan bantal sofa di sana. Sesekali bantal saya jemur sebentar.
Tambah satu alasan lagi, saya membuka pintu depan dan belakang samping mumpung untuk sementara lubang tikus maupun lubang kucing dapat saya tutup. Sebelumnya saya hanya membuka jendela.
Lubang tikus saya tambal dengan semen, adapun jalur buangan air saya pasangi saringan berisi bola. Sedangkan lubang kucing pada pagar dan pintu gerbang saya tutup dengan kawat kasa loket berlapis plastik.
Saya senang membuka jendela pada pagi hari. Ada hawa segar masuk. Tetapi kalau saya bangun agak siang, membuka jendela juga mengikuti mata melek saya.
Tentu buka jendela ini soal selera dan kebiasaan, karena saya amati banyak rumah di area saya yang pada siang panas pun tak membuka jendela berkaca gelap. Mungkin penghuninya tak mudah sumuk seperti saya.
2 Comments
kalo kebiasaan orang Jerman, pasti buka jendela, biar udara segar masuk. bahkan di musim dingin sejakalipun.. lüften, istilahnya..
Bagus itu. Kalo kedinginan tinggal pake jaket.
Tapi di Eropa dinginnya kan kering, gak lembap ya Zam