Kadang kalau kumat sotoy, dan butuh selingan, Kamso senang membual. Tentu dengan catatan ada yang menanggap, seperti tadi pagi di warung soto. Beni Beling, tetangga beda RT, menanya seputar politik pascapemilu, terutama pilpres.
“Halah, paling ya gitu-gitu aja. Ujung-ujungnya rekonsiliasi, bahkan berkoalisi, atas nama keutuhan bangsa dan negara,” kata Kamso.
“Kok skeptis sih, Oom?”
“Mau ke MK bakal repot bukti. Mau angket di DPR belum tentu mulus, beda partai beda kepentingan. Apalagi setelah Bowo dan Gibran nanti dilantik ada rekonsiliasi tanpa mengakui semua praktik buruk karena semua pihak sepakat yang sudah ya sudah, kegaduhan cuma kembang kontestasi, mari menata masa depan menuju Indonesia Emas. Hahaha!”
“Ah, masa sih.”
“Malah sebelum pelantikan Bowo, Oktober nanti, bisa jadi koalisi partai lawan sudah dipereteli, pake hidangan bakso sampai ajakan gabung ke kabinet.”
“Terus masyarakat sipil ngapain?”
“Harus menjaga bara isu tentang ancaman terhadap demokrasi dengan mengabaikan etika politik. Seperti kata Yanuar Nugroho dan Okky Madasari, kecurangan yang terjadi nggak bisa dibiarkan. Karena mayoritas milih 02, jangan sampai dianggap bener, udah biasa, lalu terulang. Entar November kan pilkada serentak. Jangan sampe template pilpres dipake.”
“Kampus gimana?”
“Kalo kompak dan kuat ya demo terus. Nggak tau, partai dan parlemen bakal peduli nggak.”
“Terus tuntutannya apa?”
“Nah itu, kudu jelas. Batalin Gibran nggak mungkin. Minta pilpres ulang juga nggak mungkin. Nurunin Jokowi, halah tinggal berapa bulan lagi dia expire.”
“Kenapa Jokowi dan Bowo bisa lolos dari kemelut pilpres?”
“Ingat, Jokowi dan Bowo itu bisa membujuk orang, melunakkan lawan. Sebelum Pilpres 2019, koalisi Jokowi jadi gemuk, bekas lawan hasil Pilpres 2014 jadi pendukung. Bowo juga pinter merayu lawan, korban penculikan akhirnya gabung ke dia. Yang terakhir, PSI yang dulu anti-Bowo, sampe kasih piagam Kebohongan Terlebay, akhirnya ikut Bowo. Ade Armando yang dulu selalu mencerca Bowo akhirnya tunduk.”
“Dalam soal ginian, politik jadi nggak asyik ya, Oom?”
Kamso belum menjawab, seorang bapak di meja lain nyeletuk, “Bapak atau Mas yang ini pasti bukan pendukung 02.”
Beni menukas, “Kok Bapak bisa mastiin gitu? Gimana kalo kami ternyata golput?”
“Sama dong kita,” kata bapak itu sambil berdiri, mendekat, mengajak bersalaman.
¬ Kreator gambar penggabungan dua wajah belum saya ketahui
4 Comments
Hahaha !
Hohoho…
BTW, Joko Widodo (dan Bowo) pinter membujuk, Paman eh Om Kamso pinter eh senang membual….
Lha yes no 🤣