Saya tahu, lawan bicara di depan saya terus mencuri pandang ingin tahu merek jam tangan saya, namun dia sungkan karena kami baru kenal. Lalu datanglah pria muda, kenalan lama saya, yang dengan santai dan spontan menanya, “Paman, iki jam apa to?”
Saya sodorkan pergelangan tangan saya yang terbalut arloji berdiameter 50 mm dengan tali jam dari karet dan crown (knop putar) besar. “Merek aneh. Bikinan Cina, ya?” katanya setelah mengamati.
Saya bilang, “Ngakunya sih made in Indonesia. Ditulis di case back.” Lalu saya katakan, Vinergy ini bikinan Surabaya, harganya Rp80.000.
“Iseng amat, Mas,” kata kenalan baru saya itu. Saya tersenyum, “Bukan iseng. Harga jam ini lebih murah daripada harga baterai buat quartz di toko jam, lebih murah ketimbang tali kulit buat jam matik dan jam solar saya. Saya udah sering beli jam murah. Pernah punya Skmei Rp75.000, minimalis kayak MVMT dari Amerika, atau Fjord dan Skagen dari Nordik.”
Bagi saya penyebutan buatan Indonesia pada sisi luar tutup bawah maupun etalase di lokapasar itu berani. Setahu saya jarang yang melakukan. Apalagi untuk merek KW yang tak perlu menyebutkan negeri asal. Kita tahu umumnya jam murah dari Cina. Perakitnya bisa negeri lain. Timex ori misalnya, ada yang buatan Filipina.
Movement atau penggeraknya entah dari mana, mungkin juga Cina. Untuk arloji quartz yang bagus biasanya movement bikinan Jepang, begitu pula untuk matik yang murah.
Saya tahu di Indonesia ada perakit jam pada abad lalu. Pertama, awal 1990-an, sejawat saya meliput pameran jam di Besel, Swiss, namun dia harus lihat dulu pameran serupa di Hong Kong dan Jepang, negeri penghasil movement.
Info kedua dari berita pembunuhan Marsinah (1993). Ikon gerakan buruh itu bekerja di pabrik jam PT Catur Putra Surya Porong, Sidoarjo, Jatim. Pemilik perusahaan, Yudi Susanto, dan manajer HRD, Mutiari, ditangkap dan disiksa militer, demi skenario jahat aparat.
Β¬ Bukan tulisan berbayar maupun titipan
7 Comments
Arloji saya banyak yang dibelikan istriπ Kali pertama dibelikan Seiko, lebih dari 15 tahun silam, barangnya masih (dan kayaknya mesin tidak mati tapi strum baterai habis) namun saya lupa naruh di mana.
Dua lainnya Timberland cokelat dan putih, dibelikan sebelum pandemi, kopel dengan istri. Dua-duanya strum baterainya habis tapi yang cokelat tetap saya pakai π tiap keluar rumah — termasuk tadi siang.
Pernah dipakai semua bareng gak jam-jam itu?
Halah, biyen arloji Paman banyak, to? Atau malah sampai sekarang tasih kathah?
Mmmm, arti jamak adalah adalah lebih dari satu. Jadi, dua bisa disebut banyak π
Baiklah….
jam SKMEI saya masih awet. seingat saya belinya 7 tahun lalu.
baru tahu Marsinah buruh pabrik jam..
Wah berarti baterainya awet, Zam