Margin warung yang mengecerkan kerupuk kaleng bisa sampai 180%. Yang penting dasar kaleng bersih nggak?
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Kerupuk krauk: Dari laba sampai higiene kaleng

Karena teringat ada semangkuk sambal gula merah untuk lotis, saya pun langsung melongok keluar saat mendengar suara kerupuk dimasukkan ke dalam kaleng berjendela kaca. Lalu saya membelinya.

Saya sodorkan stoples plastik dan bilang kepada penjual, “Pokoknya sampe penuh.” Lantas dia meminta uang Rp10.000. Setelah dia berlalu, saya menghitung jumlah kerupuk: ada tiga belas lembar, ditambah selembar yang sudah saya makan. Total empat belas.

Maka selembar kerupuk kaleng berharga Rp714. Berarti kalau warteg dan warung soto menghargai selembar kerupuk Rp2.000 mereka dapat margin 180 persen.

Kerupuk krauk: Dari laba sampai higiene kaleng

Soal kerupuk untuk lauk atau digado, itu urusan selera. Saya sih lebih sering menggadonya dengan mengabaikan tip kesehatan.

Ada hal lain yang ingin saya ceritakan. Pertama: atap boks kaleng di atas sepeda motor itu lebih tinggi daripada penjual. Kedua: dia merogoh kerupuk dari jendela bawah, artinya dia memanfaatkan gravitasi dalam FIFO (first in first out) — memang begitu prinsip dispenser vertikal tanpa pendorong.

Ketiga: penjual tak memanfaatkan cantelan pada boks saat mengisikan kerupuk ke kaleng berkaca. Biasanya kaleng dia taruh di jalan bahkan di atas tanah. Artinya, peminjam kaleng yang manaruhnya di meja dapur atau meja makan harus ingat itu. Kalau kaleng yang dipinjam Pak Guru Dedi sih tidak diletakkan di atas tanah.

Kerupuk krauk: Dari laba sampai higiene kaleng

Kaleng-kerupuk jumbo dengan tiga pintu kecil

NPL: Kerupuk selebar tampah (2012)

Kerupuk tanpa riwayat kaleng Wybert

6 thoughts on “Kerupuk krauk: Dari laba sampai higiene kaleng

  1. kalo di Jerman, kerupuknya bikinan Belanda, paman. rata-rata kerupuk ikan. ada juga kerupuk warung gini. mereknya Tiga Rasa. pemiliknya orang Indonesia, bahannya impor dari Indonesia, tapi pabriknya di Belanda. kami beli online rutin tiap bulan.

  2. Menggado kerupuk? Wah, saya enggak pernah. Kalau nggado karak sih sering.

    Tentang harga kerupuk di penjual asal Tasik langganan saya, ada dua : Rp 500 dan Rp 1.000. Saya biasa membeli Rp 5.000, dapat imbuh kerupuk (harga jadinya di bawah Rp 500 dan Rp 1.000, seperti hitungan Paman di atas).

    Terakhir beli, sepekan lalu, saya beli yang gede karena saat minta yang berharga Rp 500 ternyata zonk. “Dikurangi jumlahnya sama bos saya,” kata akang penjual.

      1. Sermiyer saya kadang beli tapi kalau ketauan istri dimarahi😁 karena, kata dia, bikin kolesterol tinggi, dan nggak cocok buat pasien hipertensi seperti saya (karak, menurut dia, juga begitu).

        O ya penjual kerupuk di lingkungan saya sudah tak memakai kaleng besar. Mereka bawa keranjang besar yang di dalamnya dikasih plastik besar lalu diisi kerupuk. Penjual dari Tasik maupun Sragen sama saja.

        1. Semua yang gorengan apalagi minyaknya dipakai berulang kali itu sebenarnya gak sehat. 😇🙈
          Tapi itulah kelebihan memasang dengan menggoreng pakai minyak: lebih lekas dan ada rasa gurih. Bandingkan dengan mengukus dan merebus — tapi tidak untuk kerupuk.

          Ada sih kerupuk yang sehat, digoreng pakai pasir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *