Silakan tertawa. Ya, mentertawai saya. Memesan burger saja, tanpa masalah, tanpa keluhan, kenapa saya ceritakan? Setua ini, untuk pertama kali dalam hidup, saya memesan burger, untuk diri sendiri, melalui layanan pesan antar Gofood pula. Memalukan.
Memesan burger di kedai juga belum pernah saya lakukan. Tentu, saya pernah makan burger. Seingat saya belum sampai sepuluh kali selama hidup. Oh, mungkin malah tak sampai lima kali.
Saya tidak antiburger, dengan maupun tanpa merek. Malah burger pertama yang saya makan puluhan tahun silam adalah buatan seorang calon nyonya rumah yang kemudian menikah dengan teman saya. Saat itu di Yogyakarta belum ada McDonald’s. Bahkan saat itu di Indonesia belum ada.
Apakah burger tidak enak? Dari yang pernah saya cicipi enak semua. Lalu kenapa saya jarang makan burger? Entah. Selama ada pilihan lain saya tak makan burger.
Tentu, saya pernah menginginkan burger. Dua kali dalam rentang jarak 25 tahun. Yang pertama pada 1994, saat saya dirawat di RS Carolus. Majalah tempat saya bekerja memasang iklan Arby’s. Bukan hal baru. Iklannya sama dengan bilbor di Jalan M.T. Haryono.
Tetapi iklan di majalah saya, yang saya lihat ketika saya hanya bisa berbaring, membuat saya kumecer dan memotivasi saya untuk segera pulih pascaoperasi.
Setelah saya sembuh, keinginan merasakan burger dengan keju meleleh itu lenyap. Lantas 2017 muncul Lawless Burger dan ketika menjadi perbincangan di media sosial saya tak tertarik.
Baru pada 2019, oh tampaknya 2020, saya ingin mencicipi. Sangat ingin. Tetapi tempatnya jauh, di Kemang, Jaksel, padahal saya di Bekasi, lalu ada pandemi dan pembatasan mobilitas dan kontak. Entah kenapa keinginan itu akhirnya redup. Masih ada residunya sih.
Lalu kenapa akhirnya hari ini saya memesan burger? Karena kancilan di penginapan, terbangun pukul dua dini hari, lalu pukul tiga membawa teh hangat ke balkon, dan secara bertahap asam lambung memanjat.
Kemarin saya juga mengalaminya. Selewat subuh saya memesan bubur ayam via Gofood. Tadi pagi bubur ayam habis, kebab terdekat hanya punya yang pedas parah, tetapi untuk memesan pecel lele saya tak hendak. Menimbang 30 menit sambil membaca dan mengasap tingwé akhirnya saya memesan Burger King.
Sahabat saya yang selalu baik hati berkomentar tadi pagi melalui WhatsApp, “Selalu ada yang pertama kali.”
Saya mengatakan kepada diri sendiri, “Bahkan untuk sekadar memesan burger.”
Tetapi ponsel saya pernah saya perbolehkan dipakai anak saya, pun keponakan saya, untuk memesan burger, bayar di muka.
2 Comments
Hehehe, sampai sekarang saya belum pernah beli/pesan burger, dan piza, untuk diri sendiri. Beberapa kali beli take away atau pesan via Gofood dan Grabfood, tapi untuk anak dan istri. Saya kadang ikut menikmati, kadang tidak — karena cenderung tidak suka😁. Katro, ya?
Ya, katro. Kayak saya. 🙈