Pagi yang aneh saat kemarau, semoga akan disusul hujan . Manusia selalu inginkan cuaca sesuai kepentingan dirinya.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Pagi yang aneh saat kemarau, semoga akan disusul hujan

Seumpama pagi punya raut muka, inilah tampangnya tadi pukul delapan lebih delapan belas. Ketika saya keluar, membawa kantong sampah untuk saya cemplungkan ke bak di luar rumah, saya merasakan pagi yang aneh. Tiada mendung tebal, lebih menyerupai udara di atas terisi debu dan halimun. Masih menampak pendar mentari. Pagi nan tak muram namun juga tak dapat dikatakan semringah.

Saya lihat laporan cuaca pada ponsel. Benar. Memang berawan. Lalu ada pengingat “Siapkanlah payung!”

Dahulu ketika masih memperhatikan prakiraan cuaca di televisi, disertai presenter, belum pernah saya mendengar sang pemapar menyeru di layar kaca. Lalu teknologi digital menjadikan apa pun yang impersonal seolah-olah lebih memahami kita dengan melibatkan perasaan menuliskan perintah dengan tanda pentung.

Aplikasi cuaca mengatakan nanti sekira pukul setengah sepuluh akan ada hujan dan angin kencang di area saya, Kelurahan Jatirahayu, Pondokmelati, Kobek. Oh, hujan. Akankah datang?

Wajah pagi dan laporan ponsel mengakan hujan. Mungkin hanya mengakankan. Namanya juga prakiraan. Berbeda dari hitung cepat saat pilpres yang bisa diikuti dengan girang hati mengembang maupun cemas dengan jiwa teremas. Para ahli klimatologi cermat dalam memilih kata: prakiraan. Bukan nubuat. Mereka bukan nabi.

Saya hanya berharap semoga datang hujan, tanpa angin kencang, karena di kelurahan saya air langit baru mengguyur sekali, tak deras, dua pekan lalu, itu pun sebentar.

Tiga hari lalu gerimis hanya lewat, tak membuat bumi basah. Serasa cuma cipratan sekilas dari gembor yang diayunkan.

Oh, manusia. Ketika kemarau berharap hujan. Manakala hujan tidak bersudah, padahal tanpa banjir, orang berharap cuaca cerah dengan menenggang matahari sempat memanggang bumi agak ganas.

Hanya mendung namun tak disusul hujan pun menjadi tamsil peraturan asmara. Hanya simtom tanpa disusul kenyataan yang sudah terbayangkan. Bilamana menyangkut kesehatan jiwa dan raga, itu baik adanya. Termasuk dalam kesehatan finansial.

6 thoughts on “Pagi yang seperti berjanji

    1. Sekarang pake tolèr dan sprayer atau pakai botol semprotan untuk tanaman dalam pot.

      Waktu kerja di Jalan Panjang, dari ruang kerja saya sering amati petani sayur memikul due gembor besar, air ditimba dari perigi di pojok kebun, belakang tembok lahan gedung. Kebun itu memanfaatkan lahan kosong.

      Manfaat nulis di blog ya memelihara ingatan akan kata dan lainnya. 😇🙏

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *