Dari 48 juta penutur bahasa Sunda, selama sepuluh tahun terakhir sudah menyusut dua juta. Entah untuk bahasa lainnya.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Bahasa daerah, bahasa ibu, mungkin hanya Anda kuasai sedikit

Anda yang bermukim di Jabar, Jateng, DIY, Jatim, dan Bali mungkin masih lancar membaca nama jalan dalam aksara Sunda, Jawa, dan Bali. Tetapi dari sepuluh teman Anda, yang sesuku, berapa orang yang masih dapat membaca aksara lokal?

Aksara kesukuan non-Latin lebih sulit dari bagi umumnya anggota suku. Wajar, karena tak digunakan dalam keseharian. Hal ini berbeda dari orang India, Israel, Cina, Taiwan, Thailand, Laos, Vietnam, Korea, Thailand, dan Jepang — oh, mungkin juga orang Eropa beraksara Sirilik dan sebangsanya — yang aksaranya mewarnai komunikasi tertulis sehari-hari.

Untuk aksara Arab tentu berbeda. Orang yang tak bermukim di kawasan Tmur Tengah dan Asia Kecil banyak yang dapat membaca menulis aksara Arab, terutama karena agama Islam.

Lalu jika kita berbicara tentang bahasa daerah, kadang juga berarti bahasa kesukuan, dan dapat berarti bahasa ibu, ramai pembahasan di mana-mana bahwa penguasaan oleh penuturnya cenderung menurun. Bisa segala lisan maupun terlebih dalam tulisan Latin. Indonesia tercatat memiliki 718 bahasa daerah.

Bahasa apapun hanya akan bertahan sepanjang masih fungsional. Saya yang lahir di Jawa Tengah, dan tumbuh dewasa di Yogyakarta, sudah tak selancar dahulu dalam berbahasa Jawa. Kenapa? Separuh usia saya bermukim dan bekerja di Jakarta dan Bekasi.

Menurut Kepala Badan Bahasa Kemendikbud Ristek, Endang Aminudin Aziz, “Bahkan untuk bahasa daerah yang sangat besar jumlahnya seperti bahasa Jawa itu penurunannya cukup besar. Bahasa Sunda juga dalam 10 tahun terakhir, 2 juta dari 48 juta penuturnya hilang.” (¬ Kompas.id)

Dalam laman koran edisi tersebut, namun berbeda rubrik, saya mendapati berita foto kegiatan melestarikan aksara Ulu di Palembang, Sulsel. Saya tak tahu seberapa banyak Wong Kito yang masih dapat membaca dan menulis aksara tersebut. Ihwal aksara Ulu sila baca laporan Antara (2022).

Menulis aksara Ulu di Palembang

Ibu membunuh bahasa ibu

Menyebutkan angka dalam bahasa Jawa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *