Waktu masih bocah saya menganggap jenama Mobil Oil itu kurang bergaya. Oli buat mobil kok dinamai Mobil. Saya melihatnya dalam majalah asing. Ya iklan, ya pakaian pebalap.
Eh, apa tadi, oli? Waktu kecil saya menganggap oil itu ya oli dengan pemahaman bahwa orang asing salah tulis.
Terus merek yang keren itu macam apa? Dalam pikiran bocah, posisi teratas dalam benak adalah Union 76. Saya melihatnya sebagai stiker pada mobil. Lalu seorang dewasa mengatakan kepada saya itu merek oli. Waktu kecil saya belum mengenal istilah logo.
Saya baru mengenal kata itu saat kelas tiga SD, karena Bapak membawa pulang setumpuk kertas manila karya peserta lomba logo tempat dia bekerja. Jadi saya hanya menyebut tulisan Union 76 itu “aksi”. Di majalah asing saya lihat orang mengenakan kaus berlogo Union 76 tampak keren.
Kemudian logo yang saya anggap keren adalah Esso dan Shell. Saya tahunya dari sepasang mainan berupa truk tangki, panjang seingat saya sekitar 40 cm, oleh-oleh Ibu dari Negeri Belanda, saat saya kelas empat SD. Tangkinya bisa diisi air. Tentang truk tangki kuning itu, Ibu mengatakan Shell adalah merek milik perusahaan Belanda dan Inggris. Sama seperti Unilever.
Kemudian saat SMP saya mengenal langsung oli Castrol dan Penzoil. Saya sudah bisa naik motor. Kadang kangmas saya, sudah kuliah, menyuruh saya mengganti oli ke bengkel, gonta-ganti merek.
Logo Castrol di mata saya saat itu terkesan kuat, modern, aktif, dari jauh mudah dikenali. Sedangkan Penzoil, tanpa melihat kalengnya, tetapi hanya melihat stiker, kesan saya tak beda dari kaleng wadah gotri, peluru senapan angin, dan tembakau pipa. Namanya juga pikiran anak.
Namun saya kurang terkesan oleh kedua jenama tadi. Saat SMP karena sering baca berita balap F1 dan di majalah Bapak fotonya berwarna, saya terkesan logo oli yang setengah klasik serendah modem, yakni Agip. Serigala berkaki enam yang lidahnya berapi. Tampak sakti.
Motul dan Respsol? Dulu setahu belum masuk Indonesia. Kalau Mesran saya tahu dan saya tak terkesan oleh logonya. Sebenarnya logo oli yang pertama kali saya kenal ketika sudah bisa membaca adalah stiker STP pada mobil. Saya belum tahu itu merek oli. Dulu saya sangka itu singkatan untuk “stop”. Dipasang pada kaca belakang pula.