Saat bocah saya pernah membuat bingung beberapa teman karena menyebut pukul besi. Kata itulah yang selalu disebut bapak saya untuk memaksudkan palu. Oh, pukul besi. Ternyata bukan istilah lumrah. Saya menanya Bapak dan dijawab nama lain palu memang itu.
Saya teringat pukul besi saat menemukan palu lawas, yang saya beli abad lalu, di gudang. Si pemukul bergagang kayu berkepala besi ini terselip di antara barang lain namun bukan masalah karena ada palu yang lebih baru.
Apakah pukul besi adalah kata arkais? Saya mengetikkan kata itu di Google. Langsung muncul hasil dari lokapasar. Ada yang masih menyebut pukul besi. Kalau kata “toko besi” masih mudah ditemukan di Google. Banyak sekali.
Ketika saya masuk Jakarta, orang lebih sering menyebut “toko bangunan” โ tidak dapat disamakan dengan “toko sepeda” yang menjual kereta angin. Maka kemudian ada pasar swalayan besar berjenama Depo Bangunan, bukan Depo Besi.
Palu ini mengingatkan saya pada perlengkapan rumah tangga yang saya miliki pada tahap awal. Saat menyiapkan rumah untuk saya tempati, saya ke Pasar Pondokgede, Kobek, membeli pacul dan sabit, juga linggis. Pukul besi saya beli di toko besi.
Akhirnya yang masih bertahan hanya si pukul besi. Barang lain raib, dengan modus dipinjamkan oleh PRT saya dan tak kembali. Serupa nasib obeng, tang, catut, uncek, dan meteran.
Misalnya arit masih ada, saya takkan memotretnya dengan posisi khas bersama palu, untuk saya pajang dalam blog ini, karena saya tak ingin dihampiri masalah. Saya bisa bersikukuh tak memberhalakan kedua alat tukang itu, tetapi orang lain bisa membingkaikan makna sesuai imajinasi mereka.
Aneh juga, gambar alat kerja bisa mendatangkan kengerian, tetapi tato berwarna bergambar belati dibelit duri mawar menembus hati berdarah tak menimbulkan ketakutan. Saya tak tahu apakah ada orang Indonesia yang merajah lengannya dengan palu arit.
Lalu jika bicara ragam pukul besi, barang milik saya ini termasuk palu konde. Menurut laman Klop Mart yang memerikan sepuluh jenis palu, pukul besi saya ini “disebut palu konde karena bentuk belakang kepalanya yang bulat seperti konde”.
Adapun fungsi konde “digunakan untuk membuat cekungan pada bagian bidang benda.”. Di SD dulu saya tak mendapatkan tugas untuk menjelaskan sekian macam palu. Misalnya palu terak dan palu besi kambing.
6 Comments
Saya tadi hendak bertanya tentang apa itu “uncek”, lalu di bawah artikel ada tautan menuju tulisan tentang “uncek” :D
Di Purwodadi apa namanya, Mas? ๐
Pukul besi istilah lumrah di lingkungan saya, bahkan mungkin di kota saya. Sampai sekarang.
Aha! Menarik!
Ternyata di Sala istilah itu lumrah ๐๐๐ฏ
Tadi saya tanya ke seorang pekerja kedai istri saya, cowok asal Wonogiri, dia jawab pukul besi istilah normal juga di tempatnya ๐
Terima kasih ๐๐ฏ