Kita bisa memiliki barang yang ternyata jarang bahkan tak pernah kita gunakan. Barang itu kita miliki karena membeli maupun diberi, termasuk dari jenama untuk promosi maupun bonus dalam paket jualan. Misalnya sendok sepatu. Harga termurah Rp10.000. Kita tidak bisa bikin sendiri.
Di rumah saya masih ada dua, panjang dan pendek. Yang panjang, dari Ikea, menyerupai tongkat, lebih sering dipakai istri saya untuk mengambil tisu dari ambalan atas. Saya pun meniru, lebih mudah daripada pakai tangga pendek untuk lemari dapur dan ambalan atas rak buku.
Tisu tinggal dikait dengan lengkungan sendok, lalu ditarik ke bawah. Misalnya tisu jatuh takkan pecah. Di luar urusan nggothèk tisu, sepatu sendok itu jarang dikaryakan. Sendok yang pendek, dari Bata, selalu menganggur.
Apakah setiap orang butuh sendok sepatu? Di toko sepatu, saat kita mencoba alas kaki, pun belum tentu. Kalau tumit sukar masuk berarti kita harus mencoba sepatu lain.
Jadi, kenapa kita mesti membeli barang fungsional, bukan hiasan, padahal tak memerlukan? Beda orang beda alasan. Ada juga yang atas nama keisengan, mumpung murah, siapa tahu suatu saat butuh.
Siapa tahu suatu saat butuh telah menjadi mantra pembenar dalam konsumsi. Misalnya yang membutuhkan itu orang lain, kita dengan ringan hati akan meminjamkan barang termaksud. Tetapi kalau barang, bahkan yang murah, itu tak kembali, kita akan menagih.
Ada dalih setiap kali kita menagih: orang lain berikutnya juga butuh. Bagi peminjam yang sembrono sejak lahir, sering menghilangkan barang pinjaman, apalagi yang murah, pasal ketelingsut maupun raib adalah kembang kehidupan. Misalnya dia bertanggung jawab, dia lebih memilih mengganti dengan uang, bukan barang. Apalagi jika harga barang di lokapasar sepersepuluh ongkos kirim.
2 Comments
saya punya ini, beli murah seharga 1€, tapi seperti yang paman bilang, tidak pernah saya pakai.
terakhir kali saya memakai ini saat saya masih sering jumatan di masjid turki sebelum pandemi, sendok sepatu ini bergilir dipakai jamaah yang hendak pulang. rata-rata jamaah menggunakan kaus kaki saat salat.
lebih nyaman memasang sepatu sambil duduk, memang..
Lha tenan to….
Urusan sepatu sambil duduk, jongkok, atau ndhéprok, itu paling sip.
Untuk lansia tidak dianjurkan mengurusi alas kaki sambil membungkuk dengan ketinggian kepala di bawah jantung 🙏