Pisau hadiah dan ingatan tentang tradisi réwang

Iduladha banyak rumah memasak daging karena warga non-Muslim juga dapat. Tapi urusan pisau itu tak mudah.

▒ Lama baca < 1 menit

Tak gampang merawat pisau dapur dengan baik dan benar

Istri saya dapat oleh-oleh pisau dapur dari Garut, dengan pesan, “Baca aturan pakai cara ngasahnya.” Nanti saya harus cari batu asah lalu lihat panduan di YouTube.

Selama ini ini saya mengasah pisau dengan alat berpenjepit keramik. Sebelumnya dengan asahan model kepingan besi. Pernah saya minta tukang asah keliling mengasah gunting, ternyata dia gerinda. Guntingnya menjadi kasar. Mestinya saya minta tolong penjahit. Gunting mereka tajam. Begitu pun gunting milik toko cita.

Ya, saya tidak paham pisau maupun gunting. Saya tak seperti Sandalian, Blontankpoer, maupun Ras Ndeso.

View this post on Instagram

A post shared by Blontank Poer (@blontankpoer)

Tadi saya coba memotong kertas dengan pisau itu. Ternyata tidak langsung srettt robek mulus seperti pedang Musashi. Pun tak seperti video demo Blontankpoer menjajakan jualannya. Bendo dia sabetkan, kertas berposisi tegak yang dia pegang langsung terbelah.

Tak gampang merawat pisau dapur dengan baik dan benar

Saya membatin, pisau saya kurang tajam. Tetapi saat memegang bagian dekat gagang yang tertutup kertas, untuk saya foto, ternyata jari saya tergores.

Maka saya pun teringat pengalaman menggunakan pisau keramik milik pribadi di kantor untuk memotong lemon. Beberapa kali jari saya tergores pisau karena lemonnya saya pegang, gara-gara tiada talenan untuk meletakkan. Luka terkena cairan lemon sungguh ohhh….

Tak gampang merawat pisau dapur dengan baik dan benar

Sebenarnya kertas pun dapat melukai jari. Pernah tukang fotokopi tanpa sengaja menarik selembar kertas buffalo dari tangan saya. Pinggiran kertas tebal yang barusan dipotong itu ternyata tajam. Jari saya tersayat.

Pisau. Setiap rumah tanga punya. Anak indekos juga. Ibu saya ketika masih kuat bepergian selalu membawa pisau dapur kecil terbalut kertas dalam atasnya.

Pisau Ibu tipis dan tajam, diasah dengan punggung cobek — cara yang tak dianjurkan pencinta pisau.

Buat apa pisau itu? Réwang. Atau membantu kegiatan dapur di rumah orang yang punya hajat, termasuk membantu keluarga yang kesripahan, anggota keluarganya meninggal.

Tak gampang merawat pisau dapur dengan baik dan benar

Kini Ibu tak pernah réwang karena tak kuat bepergian. Namun saya menduga, jasa boga dan makanan pesan antar telah menepikan réwang. Selain itu makin banyak perempuan bekerja di luar rumah, tak mungkin ambil cuti untuk réwang maupun minta izin tak masuk kerja karena kecapaian akibat semalam réwang.

Pisau dapur yang tajam dan cara mengasahnya

Sikon genting gunting: keputusan dalam keputusasaan

Selain jeruk Pakistan ada juga gunting Pakistan, lebih murah

3 Comments

juniantot Jumat 30 Juni 2023 ~ 19.28 Reply

Istri saya pernah beli satu kali dari Kak Blontankpoer, untuk keperluan kedainya. Bagus, Rp 300 ribu. Tapi entah kenapa tidak cocok (bukan soal harga). Untuk urusan pisau kedai istri saya memang termasuk riwil.

Tentang rewang, sejauh saya tahu di Solo juga sudah jarang.

Pemilik Blog Jumat 30 Juni 2023 ~ 21.24 Reply

Bukan riwil, orang dapur punya selera masing-masing 😇

Berarti sudah nggak adalah piyayi putri réwang sehabis merajang lalu main ceki? 🙈

Tinggalkan Balasan