Persoalan lansia adalah naik dan turun tangga, apalagi saat sakit. Sejak awal harus ada plan B kamar baru.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

“Dulu waktu bangun rumah nggak kepikir kalo kamar tidur di atas itu bakal ngerepotin setelah saya dan istri punya masalah kesehatan. Makanya harus renovasi, mindah kamar di bawah, lagian anak-anak udah misah, punya rumah sendiri, ” kata seorang bapak sepuh.

Bapak tersebut dan istrinya masih bisa naik turun tangga tetapi tertatih-tatih. Anak-anak mereka sempat berencana membeli elevator model kursi untuk ditautkan ke pagar tangga. Namung pasangan lansia tersebut takut terjungkal.

Ihwal rumah dua lantai bukan masalah jika kamar tidur utama di bawah. Tetapi lahan sempit, risiko banjir, dan kondisi sehat saat membangun bisa mengarahkan pemilik ke model rumah panggung.

Apakah rumah dengan lantai split level bisa memperpendek tangga? Mungkin. Tetapi urusan naik turun ini memang merepotkan apalagi jika alur fungsi antarruang tak dirancang sip. Bagi umumnya orang apalagi lansia, kamar mandi harus selantai dengan kamar tidur.

Memasang lift kecil sejak membangun? Ya, jika bujet bukan masalah.

Tentu arsitek bisa memberikan solusi, ditambah desainer interior. Pemilik rumah sejak awal juga harus jelas maunya, misalnya harus ada ruang di lantai bawah yang dapat difungsikan sebagai kamar tidur ketika penghuni sudah lansia mengalami kendala fisik.

Sebenarnya saat Covid-19 mencengkeram masyarakat, persoalan arsitektural pada umumnya rumah tinggal pun mengemuka, setidaknya dari sirkulasi udara dan kecukupan cahaya alami.

Mencegah lansia terkunci di kamar mandi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *