Tonjolan merah yang menyeruak dari dedaunan itu mirip lilin yang diukir. Saya pernah tahu. Pernah melihat. Tidak sering. Entah di mana. Yang pasti saya tak begitu memperhatikan dengan saksama dalam tempo sesingkat singkatnya apalagi berkepanjangan. Tersebab menunggu sesuatu, saya mengitari taman di belakang bengkel. Di pinggir kolam ikan ada si merah.
Saya mendekat. Memotretnya. Kemudian dari aplikasi PictureThis saya tahu itulah si pacing tawar atau crepe ginger (Hellenia speciosa). Info dengan peta perseberan juga ada di laman Global Biodiversity Information Facility (GBIF). Namun ada juga yang menyebut tanaman ini
Costus speciosus. Menurut The World Flora Online (WFO), kedua nama itu bersinonim.
Sejumlah sumber menyebutkan rebusan rimpang berkhasiat obat, misalnya sebagai diuretik atau memperlancar kencing.
Lalu? Saya tak akan bercerita lebih jauh. Pada zaman media kertas, obat bengong itu buku dan majalah. Pada era konten digital, obat plonga-plongo itu ponsel. Misalnya berjalan di lokasi sambil memotreti hal yang menarik, sambil mengabaikan WhatsApp dan media sosial.
Dari hasil memotreti, yang tak saya hapus lalu saya kontenkan antara lain si pacing ini. Tiga hari lalu, malam, saya ke tukang reparasi ponsel, untuk mengganti lubang colok USB. Selama menunggu tak ada yang bisa saya kerjakan karena ponsel sedang diperbaiki. Melihat jalan tak ada orang lewat karena masih jam tarawih.