Belalang, makanan Yahya Pembaptis
Saat masih bocah, saya terpukau oleh sosok Yahya atau Yohanes Pembaptis, sebagaimana dituturkan oleh guru sekolah Minggu. Yahya hidup di padang belantara, berbaju bulu onta, makanannya madu dan belalang. Saya membayangkan seorang petualang dalam cerita silat yang hidup di alam bebas. Si Buta Barda Mandrawata berpakaian kulit ular. Orang-orang ganas berpakaian kulit macan, bukan kulit badak.
Setelah tua saya baru tahu ada silang pendapat tentang belalang yang dikonsumsi Yahya. Sebelumnya, untuk sekian lama, saya memakluminya karena belalang adalah sumber protein. Di warung sayur lodeh lombok ijo di Wonosari, Gunungkidul, DIY, belalang goreng itu tersajikan. Dulu banget ketika saya dolan rumah teman ke Wiladeg, dia menawari saya untuk mencicipi belalang goreng. Hanya seekor. Dia tangkap di pawon. Kini dia menjadi eksekutif perusahaan IT di Singapura. Mungkin di sana tak ada belalang goreng.

Di Museum Alkitab, LAI, Jakarta, saya melihat contoh belalang sebagai polong-polongan, bukan serangga, bersanding dengan buah delima.
Info tentang belalang yang bukan serangga saya dengar dari pendeta dalam khotbah di gereja: belalang yang termaksud bukanlah serangga melainkan buah dari sebuah tumbuhan liar di Palestina. Apa boleh buat, terjemahan Alkitab ke aneka bahasa bukan hal yang mudah. Penerjemahan Perjanjian Baru merujuk ke kitab Yunani, sedangkan Perjanjian Lama ke kitab Ibrani.

Dalam Matius 3:4 tentang makanan Yahya, yakni belalang dan madu, versi Yunani menyebut “akrides” dan “meli“, dalam bahasa Inggris adalah “locusts” dan “honey” (¬ Abarim). Locust itu ya serangga, belalang.
Belalang yang bukan serangga adalah Ceratonia siliqua. Bahasa Inggris menyebutnya carob, tumbuhan di Timur Tengah dan kawasan Mediterania lain, misalnya Portugal. Carob dari bahasa Prancis lama, carobe, yang menyerap dari bahasa Arab kharrūb, atau dalam bahasa Aram, yang digunakan Yesus, adalah kharubha — artinya polong kacang belalang (¬ Wikipedia) .

Kalau melihat kacang belalang tak ada miripnya dengan belalang. Tak ada kaki panjang yang terlipat pada ruas lutut. Entahlah kenapa dinamai demikian.

Jadi, mana yang benar: belalang sebagai tumbuhan ataukah serangga? Saya tidak tahu. Itu urusan ahli bahasa, ahli sejarah, dan ahli Alkitab. Bagi saya lebih penting karya Yahya sebagai penyiap tugas Yesus. Dia pula yang membaptis Yesus.
Sebuah situs agrobisnis Israel, Biblical Protein, menyebutkan belalang dahulu adalah sumber protein masyarakat Timur Tengah.

Merujuk konsumsi Yahya Pembaptis dalam Matius 3:4, situs web tersebut menerangkan, “Saat ini, tampaknya tidak biasa mengonsumsi makhluk bersayap ini; namun nutrisi mereka telah tersembunyi selama ribuan tahun di Timur Tengah, saat belalang dimakan segar sebagai sumber makanan, atau dikeringkan dan disimpan untuk waktu yang lebih pendek.”

Ada juga promosi dagangnya: “Kini, lebih dari 2000 tahun kemudian, di area yang hanya beberapa mil dari tempat Yahya Pembaptis hidup, peternakan belalang komersial pertama di dunia telah didirikan…”
Tinggalkan Balasan