Ternyata kertas bekas jenis lawas ada yang jual. Di lokapasar ada sejumlah pelapak. Sobekan kamus juga ada. Manfaatnya banyak, untuk tema visual, properti foto dan video, dan mungkin bungkus kado tetapi semoga tidak sobek. Pokoknya, seperti kata penjual, akan “kelihatan lebih lucu”.
Kertas lawas menghadirkan romantisisme vintage apalagi kalau sudah kecokelatan. Dalam format besar, kertas masih putih, saya pernah melihat kertas koran Jepang, tentu dengan huruf kanji, menjadi pelapis dinding di sebuah kedai sushi di Tebet, Jaksel. Saya mendapatinya belasan tahun silam, saat koran cetak masih bernapas.
Untuk tema berita bagi interior kafe, saya teringat gaya News Café likuran tahun silam di Kuningan, Jaksel. Tak ada lembaran koran dan majalah di sana seingat saya, dekorasi besutan desainer Gaury Nasution itu sangat beraroma warta. Kabar adalah media cetak. Tentu saat itu media digital belum meraja.
Jika kini ada tema dekorasi serupa mungkin akan bersuasana jadul, padahal korannya edisi dua tahun lalu. Mudah bikinnya, tinggal membeli koran bekas yang dijual kiloan.
Kembali ke sobekan buku lama sebagai pernik, contoh yang tersaji adalah teks berbahasa asing, termasuk teks dalam lembar partitur. Kalau ingin properti foto dan video bersuasana Indonesia, ya silakan bikin sendiri. Teknologi cetak digital memungkinkan siapa pun bikin media kertas konten fiktif, dari gaya koran berbahasa Melayu era Hindia Belanda hingga buku terbitan terbaru. Ya, serupa koran asing fiktif bungkus roti.
2 Comments
kalo nyetak sendiri mungkin lebih mahal ya..?
Lebih mahal tapi tergantung kepentingan, kan?