Idiom perusahaan otobus juga berlaku di dunia hiburan dan politik Indonesia: dilarang saling mendahului.
↻ Lama baca < 1 menit ↬

Sesama marketer dilarang saling memprospek

Kalau telemarketer sopan, tak memaksa, apalagi via teks, tentu saya juga sopan. Tetapi kalau dia gigih, bahkan dia mengulangi dari nomor lain, ya harus saya bimbing.

Tadi masuk pesan dari seorang pemasar via WhatsApp, minta waktu bertemu. Saya menjawab tidak bisa karena juga punya agenda seperti dia. Moral cerita: sesama marketer dilarang saling memprospek.

Jawaban saya tentu tak dapat saya pertanggungjawaban. Emang siapa yang melarang?

Artinya larangan itu tak seperti yang berlaku di perusahaan otobus. Sesama bus dalam armada yang sama, dan trayek yang sama, dilarang saling mendahului.

Kebiasaan sopir angkutan umum adalah berlomba menjadi yang terdepan supaya lebih dahulu melihat dan menaikkan penumpang. Akibatnya keselamatan penumpang dan pengguna jalan pun terancam.

Idiom dilarang saling mendahului akhirnya berlaku di segala bidang. Mulanya idiom itu saya kenal dari bus kota Yogyakarta, yakni Kopata, kemudian saya ketahui bus antarkota juga berprinsip sama.

Dilarang saling mendahului
POLITIK | Komunikasi politik Indonesia pun menggunakan idiom perusahaan transportasi.

Maka saya dalam WhatsApp tadi hanya meniru. Ternyata Mbak Marketer tak menanggapi. Mungkin orang lain juga menjawab serupa saya. Bisa jadi dia sudah bosan, lalu membatin, “Bapak ini nggak kreatif. Kesian.”

2 thoughts on “Sesama marketer dilarang saling memprospek

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *