Kalau telemarketer sopan, tak memaksa, apalagi via teks, tentu saya juga sopan. Tetapi kalau dia gigih, bahkan dia mengulangi dari nomor lain, ya harus saya bimbing.
Tadi masuk pesan dari seorang pemasar via WhatsApp, minta waktu bertemu. Saya menjawab tidak bisa karena juga punya agenda seperti dia. Moral cerita: sesama marketer dilarang saling memprospek.
Jawaban saya tentu tak dapat saya pertanggungjawaban. Emang siapa yang melarang?
Artinya larangan itu tak seperti yang berlaku di perusahaan otobus. Sesama bus dalam armada yang sama, dan trayek yang sama, dilarang saling mendahului.
Bokong seksi @SukaFotoBis @sinarjayalovers @BismaniaOrg @BismaniaForum pic.twitter.com/tP1vLnY82p
— Fachrizal Abidin (@boting16) April 20, 2015
Kebiasaan sopir angkutan umum adalah berlomba menjadi yang terdepan supaya lebih dahulu melihat dan menaikkan penumpang. Akibatnya keselamatan penumpang dan pengguna jalan pun terancam.
Sore ini #FTVTRANSTV " Sesama Gebetan Dilarang Saling Mendahului " jam 18.00 WIB di @TRANSTV_CORP . @official_mde @FTV_transtv 🤘🏻 pic.twitter.com/EdPhSdWVOZ
— adhitya alkatiri (@adhityaalkatiri) May 19, 2017
Idiom dilarang saling mendahului akhirnya berlaku di segala bidang. Mulanya idiom itu saya kenal dari bus kota Yogyakarta, yakni Kopata, kemudian saya ketahui bus antarkota juga berprinsip sama.
Maka saya dalam WhatsApp tadi hanya meniru. Ternyata Mbak Marketer tak menanggapi. Mungkin orang lain juga menjawab serupa saya. Bisa jadi dia sudah bosan, lalu membatin, “Bapak ini nggak kreatif. Kesian.”
2 Comments
Nggak kreatif?
Wah, nyepelekke Paman, ini….
Lho siapaa tau to